Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Pada perdagangan di hari Kamis (20/05/2021), harga emas mengalami kenaikan dibantu oleh meningkatnya tekanan inflasi AS, meskipun kenaikannya dapat ditahan oleh penguatan kembali Dolar AS dan imbal hasil Treasury AS. Sementara risalah pertemuan FOMC di bulan April mengisyaratkan kemungkinan pergeseran kebijakan Federal Reserve di masa depan.

Pada perdagangan emas di pasar spot, harga emas mengalami kenaikan sebesar 0,4% ke $ 1,877,15 per troy ons. Emas di bursa berjangka AS turun 0,2% menjadi $ 1.877,50.

Dorongan kenaikan harga emas masih akan terasa dan bisa lebih tinggi kembali. Pasar melihat bahwa inflasi saat ini sudah sangat mendarah daging. Meskipun Federal Reserve AS terlihat mengabaikannya. Logam Mulia sendiri bukan tidak memiliki peluang turun, ada tarik menarik sentiment yang bisa mendorong terjadinya koreksi kembali. Penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil Obligasi AS membayangi kenaikan saat ini.

Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan di hari Rabu ke level tertinggi baru sejak 8 Januari, tetapi kenaikan ini sebagian besar akhirnya terkelupas seiring dengan penguatan dolar AS yang sanggup memantul dari level terendah hampir tiga bulan dan imbal hasil Treasury AS yang mampu naik mendekati level tertinggi dalam satu minggu. Kenaikan indek Dolar dan yield ini terjadi setelah risalah FOMC dirilis.

Dalam risalah pertemuan bank sentral AS pada 27-28 April silam, tercatat sejumlah pembuat kebijakan berpikir jika ekonomi AS berlanjut kemajuan pesat, itu akan sesuai “di beberapa titik” membahas pengetatan kebijakan akomodatifnya.

Data terbaru menunjukkan kenaikan harga di Amerika Serikat dan Inggris meningkatkan kekhawatiran atas inflasi. Emas sendiri masih dipandang sebagai asset pelindung nilai terhadap inflasi, tetapi meningkatnya suku bunga Fed akan menumpulkan daya tarik bullion.

Imbal hasil obligasi yang melemah, disisi lain mampu membangun tekanan inflasi dan pelemahan dolar AS telah mencerahkan prospek permintaan investasi emas. Meski, gelombang pandemi di India bisa berdampak parah pada prospek pembelian emas fisik di kwartal kedua tahun ini.