ESANDAR, Jakarta – Harga Emas turun, investor melihat prospek pengetatan kebijakan moneter global diawali dari Bank of Japan. Pada perdagangan Selasa (09/01/2018) harga emas berakhir turun dari $1.320,20 ke $1.308,65 atau turun 0,69% persen.
Menurun dari harga tertingginya dalam empat bulan ini, harga emas terus tertekan atas potensi membaiknya ekonomi global akan mendorong pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga AS tidak dapat disangkal akan memberikan sentiment negative pula bagi harga emas. Menguatnya Dolar AS seiring dengan kenaikan suku bunga AS membuat Emas kehilangan daya pikatnya sebagai tujuan pengaman investasi, safe haven.
Indikator ekonomi AS memberikan tekanan pula. Aksi jual emas terjadi kala data ekonomi AS pada pekan lalu membaik sehingga menimbulkan kepercayaan bahwa suku bunga the Fed memperbesar peluang dinaikkan maksimal 3 kali di tahun ini. Selain itu upaya dari beberapa bank sentral dunia yang akan memperketat kebijakan moneternya, turut serta membantu sisi jual emas tersebut.
Beberapa pelaku pasar melihat harga emas bisa mundur lebih jauh menuju pergerakan rata-rata 100 hari di sekitar $1.290,00. Meski sebagian pelaku pasar juga melakukan aksi beli atas harapan kenaikan kembali harga emas dimasa depan. Sebagaimana perkiraan yang dikemukakan oleh Bank of America Merrill Lynch bahwa harga emas akan naik menjadi $1.350,00 per troy ounce pada kuartal ketiga tahun ini.
Selain Bank of Japan, bank sentral lain yang diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga adalah Kanada. Bank of Canada diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada minggu depan karena data pasar tenaga kerja Kanada yang baik saat ini.
Sementara George Buckley dari Nomura, yang sebelumnya dengan tepat memprediksi BoE akan menaikkan suku bunga pada bulan November lalu, belum lama ini mengatakan bahwa ada ruang untuk kenaikan suku bunga BoE kini lebih tinggi. Ia memperkirakan BoE akan menaikkan suku bunga empat kali hingga penghujung 2019 untuk mengendalikan inflasi yang kini berjalan di atas target.
Keyakinan akan harga emas bisa naik kembali juga bukan tanpa alas an. Keputusan dari parlemen AS di akhir tahun lalu untuk mengesahkan UU pajak yang baru, membuat investor masih berharap untuk mengoleksi emasnya karena mereka melihat bahwa investasi berbasis dolar AS makin beresiko dengan adanya pemotongan pajak tersebut.
Sayangnya, ada pernyataan Kevin Hasset, ketua dewan penasihat ekonomi Presiden Donald Trump, bahwa perusahaan-perusahaan AS menambah upah sebesar $1000 per orang serta mengeluarkan bonus tambahan sebagai reaksi langsung Kongres yang mengesahkan UU pajak.
Dengan kata lain perusahaan-perusahaan AS akan menambah belanja modalnya sebagai bentuk kelebihan laba akibat pemotongan pajak sehingga tingkat inflasi akan naik. Hal ini , seperti diungkap Gubernur Bank Sentral AS wilayah Cleveland, Loretta Mester, bahwa suku bunga the Fed tahun ini bisa naik 4 kali. (Lukman Hqeem)