Harga emas bersiap untuk mencatatkan kinerja mingguan pertama dengan naik, setelah secara beruntun mengalami kenaikan dalam tiga hari terakhri. Aksi beli kembali membuat harga logam mulia menyodok $1.663 setelah menyaksikan konfirmasi bullish pada pola grafik wedge down di hari sebelumnya. Dengan berbekal hal itu, Emas naik dan mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS, yang gagl memanfaatkan proyeksi masa depan ekonomi yang suram.
Indeks Dolar AS (DXY) masih menandai hari dengan catatan negatif lainnya, tidak tanggung-tanggung justru menyegarkan posisi terendah mingguan lainnya di sekitar level 111,95. Penurunan indek greenback ini terjadi setelah rilis data akhir Produk Domestik Bruto (PDB) Q2 AS yang mengkonfirmasi perkiraan awal, yakni -0,6%.
Sementara itu, angka Klaim Pengangguran Awal Mingguan AS dikabarkan lebih kuat, dengan jumlah klaim turun menjadi 193 ribu untuk periode yang berakhir pada 24 September. Hasil ini lebih rendah dari klaim sebelumnya yang 209 ribu – dari pembaharuan angka yang sebelumnya dilaporkan, yakni 213 ribu. Perkiraan awal, klaim pengangguran justru diperkirakan akan naik sebesar 215 ribu. Dapat dikatakan bahwa klaim Pengangguran AS merosot ke level terendah sejak April. Hasil ini membatasi kenaikan harga emas lebih lanjut.
Situasi pasar tenaga kerja AS yang baik mendapat apresiasi dari Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard memuji penurunan Klaim Pengangguran Awal mingguan dan menyebutkan, “Kami akan mendorong inflasi ke 2% dalam kerangka waktu yang wajar.”
Di tempat lain, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan sehari sebelumnya bahwa mereka, para eksekutif The Fed – belum sampai pada titik di mana mereka dapat mulai berpikir untuk menghentikan kenaikan suku bunga.
Selain pernyataan-pernyataan dari para petinggi Fed yang bernada hawkish, ketakutan pasar juga berasal dari Inggris, Rusia dan China.
Ada pernyataan dari Kepala Ekonom Bank of England Huw Pill, yang memperkuat pesimisme seputar Inggris ketika pembuat kebijakan mengatakan, “Sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa pelonggaran fiskal yang diumumkan akan mendorong respons kebijakan moneter yang signifikan dan diperlukan pada bulan November.”
Di sisi lain, rekor inflasi Jerman yang tinggi, kesiapan Rusia untuk mencaplok lebih banyak bagian Ukraina dan obrolan tentang ketidakmampuan China untuk menjinakkan kesengsaraan resesi juga menantang risk appetite.
Di tengah permainan ini, indek saham di Wall Street berbalik menguat tajam.
Mengingat kekuatan harga emas yang mengejutkan baru-baru ini, mungkin karena posisi kuartal-akhir, para pedagang akan memperhatikan pengukur inflasi pilihan Fed, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Inti untuk September, diharapkan 4,7% YoY versus 4,6% sebelumnya. Jika hasil aktual tiba lebih kuat, harga emas dapat mengalami kesulitan untuk naik lebih lanjut.
Secara teknis, bertentangan dengan fundamental yang suram, harga emas mengkonfirmasi pola grafik bullish setelah jatuh tiga minggu baru-baru ini. Kenaikan logam mulia juga mengambil petunjuk dari indek RSI (14) yang stabil dan persilangan bullish yang akan datang pada MACD, yang pada gilirannya menunjukkan kenaikan lebih lanjut dari emas batangan.
Dapat dikatakan, resistensi pada level 21-DMA di sekitar $1.681 dapat menantang kenaikan langsung menjelang garis resistensi tujuh minggu, dekat $1.693. Dalam kasus di mana Emas tetap lebih kuat melewati $1,693, ia dapat menargetkan target teoretis dari terobosan wedge, yaitu di dekat $1,780, di mana tertinggi bulanan dan puncak akhir Agustus, masing-masing di sekitar $1,75 dan $1,765, dapat menguji kenaikan harga.
Atau, tarikan balik yang tetap sulit dipahami di atas $1.647, penembusannya dapat menentang bias bullish dan menyeret harga menuju ambang $1.600. Perlu dicatat bahwa garis support miring ke bawah dari pertengahan Mei, sekitar $1.568 pada saat berita ini dimuat, dapat membatasi pelemahan Emas melewati $1.600.