ESANDAR, Jakarta – Pasar uang di sesi Asia pada Senin (08/01/2018) berlangsung menarik. Dolar AS mencoba untuk bertahan setelah pekan lalu terguncang.
Sejumlah data ekonomi mendorong perdagangan global naik, sayangnya tidak dengan Dolar AS. Indek Dolar AS mengindikasikan greenbacks mash tertekan, bahkan dengan ekspektasi bahwa The federal reserve akan menaikkan suku bunganya. Bukan hanya The Fed saja, sejumlah bank sentral juga diyakini akan mulai mengetatkan kebijakan moneternya. Dolar masih loyo.
Pada Jumat kemarin, secara mengejutkan, data lapangan kerja Kanada cukup kuat sehingga mendorong spekulasi bahwa suku bunga Kanada akan naik diawal minggu ini. Alhasil Loonie, menguat hingga ke posisi terkuatnya dalam tiga bulan ini.
Data zona euro yang optimis juga mendukung mata uang tunggal Eropa ini di $ 1,2027. Meski sejauh ini Euro juga gagal untuk menembus level resistansi yang kuat di puncak September pada $ 1.2092.
Akhirnya Dolar bernasib lebih baik dalam perdagangan terhadap yen di 113,21, berkat harapan Bank of Japan akan tetap menggunakan kebijakan super longgarnya.
Perdana Menteri Jepang, Tuan Shinzo Abe pada hari Minggu (07/01/2018) memanggil Gubernur Bank Senral Jepang, Haruhiko Kuroda untuk terus berusaha meningkatkan perekonomia Jepang baik dengan kebijakan stimulus maupun moneter. Meski demikian, Tuan Abe tidak memberikan keputusan mengenai apakah dia akan menunjuk kembali Kuroda dalam masa jabatan lima tahun keduanya lagi atau menggantinya.
Kombinasi yang harmonis antara melemahnya Dolar AS disatu sisi dengan kuatnya dorongan kenaikan global menjadi sentimen positif yang kuat bagi harga-harga komoditi. Harga emas dipasar spot bahkan menyentuh level termahalnya dalam 3 ½ bulan terakhir diminggu lalu. Diperdagangkan pada harga $1.320,16 per ons.
Harga minyak mentah juga menyentuh harga termahalnya sejal 2015 silam. Kondisi di Iran memberikan bantuan bagi kenaikan harga minyak dunia. Brent naik 13 sen ke $67.75, sementara minyak WTI naik 16 sen ke $61.60 per barel. (Lukman Hqeem)