Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) berakhir naik pada perdagangan di hari Jumat (25/08/2023) ditengah pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin terjadi jika perekonomian AS tetap berjalan panas yang berimbas pada penguatan Dolar AS.

Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Oktober ditutup naik $0,78 menjadi US$79,83 per barel, sedangkan minyak mentah Brent Oktober, yang menjadi patokan harga global, terakhir terlihat naik $1,16 menjadi US$84,52.

Dalam pidatonya yang sangat dinanti-nantikan, Powell mengatakan perekonomian AS tidak melambat seperti yang diperkirakan dan suku bunga mungkin perlu dinaikkan jika inflasi terus melampaui target The Fed sebesar 2%.

“Kami memperhatikan tanda-tanda bahwa perekonomian mungkin tidak melambat seperti yang diharapkan. Sepanjang tahun ini, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) berada di atas ekspektasi dan di atas tren jangka panjang, dan data belanja konsumen baru-baru ini terutama menunjukkan hal yang sama. kuat. Selain itu, setelah mengalami perlambatan tajam selama 18 bulan terakhir, sektor perumahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Bukti tambahan bahwa pertumbuhan yang terus-menerus berada di atas tren dapat menempatkan kemajuan inflasi lebih lanjut dalam risiko dan memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut” kata Powell.

Pernyataan Powell muncul ketika persediaan global terus menurun seiring dengan pengurangan satu juta barel per produksi dari Arab Saudi hingga bulan September dan pemotongan yang sedang berlangsung dari sisa OPEC+ yang menekan pasokan untuk mendukung harga yang lebih tinggi. Badan Informasi Energi pada hari Rabu mengatakan persediaan AS turun 6,1 juta barel per hari pada minggu lalu karena persediaan di sana terus berkurang.

Ekspor minyak mentah OPEC telah turun sebesar 1,4 juta juta barel/hari sepanjang bulan ini dibandingkan dengan tingkat bulan Juni sebelum pengurangan produksi di Saudi. Kerajaan Arab Saudi telah menanggung sebagian besar beban tersebut dengan ekspor yang turun hampir 1,1 juta juta per hari tetapi mengurangi pengiriman ke luar negeri dari

Kuwait juga menurunkan kapasitas produksi sebesar 152 ribu barel per hari dan Venezuela sebesar 98 ribu barel per hari, semakin memperketat pasar. Ekspor dari Kuwait telah jatuh ke level terendah dalam satu dekade dan diyakini pengiriman akan menyusut sebesar 150 ribu barel per hari karena negara tersebut terus mengalihkan minyak mentah dari pasar terbuka.