ESANDAR, Jakarta – Kenaikan harga minyak baru-baru ini diperkirakan akan menyebabkan produksi energi AS lebih banyak dalam beberapa bulan mendatang. Tak heran dalam laporan terkini The Federal Reserve menyatakan bahwa produksi industri AS naik 0,7% pada bulan April.
The Federal Reserve mengatakan pada hari Rabu (16/05) bahwa kenaikan ini sedikit di atas ekspektasi Wall Street sebesar 0,6%. Selain itu, bank sentral AS juga melakukan pembaharuan data pada dua bulan sebelumnya yang menurun di internet. Namun, output naik pada tingkat 2,3% pada kuartal pertama.
Peningkatan ini seiring dengan pemanfaatan kapasitas produksi yang mengalami kenaikan menjadi 78% pada bulan April, tertinggi tiga tahun.
Sementara Output manufaktur naik 0,5% pada bulan April setelah pembacaan datar pada bulan Maret. Output kendaraan bermotor turun 1,3%. Output pertambangan, yang mencakup produksi minyak dan gas, naik 1,1% sementara output utilitas naik 1,9%. Pada bulan April, peningkatan produksi industri didukung oleh peningkatan di setiap kelompok pasar utama.
Secara garis besar terjadi loncatan peningkatan aktifitas baik di pabrik-pabrik Amerika, tambang dan sumur minyak. Meskipun ada kekhawatiran tentang tanda-tanda peningkatan ekonomi global telah mencapai puncaknya sejak kuartal keempat, namun tetap saja prospek sektor manufaktur AS masih cerah. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga minyak dunia bisa menyebabkan lebih banyak produksi AS.
Dengan tingkat produksi industri naik 3,5%, bisa dikatakan cukup sehat dari tahun ke tahun di bulan April. Hal ini bisa membangun momentum lebih lanjut selama 2018. Terlebih dengan latar belakang positif yang mencakup permintaan domestik dan eksternal yang kuat, pemotongan pajak dan regulasi yang kurang ketat, harga energi yang lebih tinggi dan dolar AS yang masih lemah diperkirakan akan mendukung pertumbuhan produksi industri tahunan rata-rata 4,2% pada tahun 2018, jauh lebih kuat dari kenaikan 1,6% yang tercatat tahun lalu.
Meski demikian, reaksi pasar tidak terlalu heboh. Tidak banyak pergerakan segera setelah laporan dirilis. Indek Dow Jones memang rebound sementara meskipun masih dibawah bayang-bayang masalah geopolitik akan rencana pertemuan antara AS dan Korea Utara pada bulan Juni mendatang. (Lukman Hqeem)