ESANDAR, Jakarta – Poundsterling memperpanjang pelemahannya dalam perdagangan Kamis (19/07). Data ekonomi domestik Inggris menimbulkan keraguan akan rencana kenaikan suku bunga Bank of England di musim panas. Hal ini seperti yang sebelumnya diperkirakan oleh pelaku pasar.
Pada tengah sesi perdagangan, Poundstering merosot ke level terendah sejak awal September tahun lalu di $ 1,2958. Kekecewaan pasar pada data penjualan ritel Inggris di bulan Juni menimbulkan aksi jual. Penjualan turun 0,5% bulan ke bulan, meleset dari perkiraan naik 0,3%. Namun, data per kuartalan menggambarkan proyeksi yang cerah, dengan penjualan naik 2,1% di kuartal kedua. Ini mengalami peningkatan terbesar sejak Februari 2015, menurut Kantor Statistik Nasional. Poundsterling berakhir di $ 1,3014.
Indikator ekonomi lain yang juga mengecewakan pasar adalah angka inflasi bulan Juni yang keluar sehari sebelumnya, meleset dari perkiraan. Inflasi mencapai 2,4% meleset dari perkiraan yang lebih tinggi di 2,6%. Pembacaan mengecewakan menimbulkan pertanyaan apakah BOE akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 2 Agustus. Pelaku pasar mata uang pada satu waktu pernah yakin akan kenaikan ini.
BOE menemukan posisi dengan data yang paling baru namun belum mengesankan. Disisi lain perkembangan perundiangan Brexit tidak berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini berarti akan jauh lebih masuk akal untuk menunda kenaikan suku bunga Bank Of England sampai November. Jika ini dilakukan, akan menghasilkan serangan balik terhadap kebijakan moneter ke depannya.
Meskipun penundaan ini akan menjadi yang paling masuk akal, pelaku pasar jelas meyakini kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan bank dalam dua minggu kedepan. Koreksi yang terjadi pada poundsterling, memang belum menggoyahkan poundsterling untuk jatuh lebih dalam. GBPUSD mencoba untuk bertahan diatas 1,30. Para pedagang sendiri memilih menunggu petunjuk dari BOE terkait rencana kenaikan suku bunga, di mana titik ketahanan kemungkinan akan pecah dan mungkin agresif. (Lukman Hqeem)