Amerika Serikat membuka jalan damai lewat perundingan dalam Perang dagang dan krisis korea utara

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Angka pertumbuhan ekonomi AS di kuartal keempat (Q4) mengalami pemutahiran sebagaimana diumumkan pada hari Kamis (28/03). Hasil yang lebih rendah ini menggarisbawahi terjadinya perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Diperkirakan kondisi ini akan berlanjut di tahun 2019 ini.

Pertumbuhan ekonomi untuk melambat lebih lanjut pada 2019 karena stimulus dari paket pemotongan pajak $ 1.5 triliun dan peningkatan pengeluaran pemerintah telah memudar. Perang dagang antara AS dan Cina, melunaknya pertumbuhan global dan ketidakpastian atas kepergian Inggris dari Uni Eropa membuat pandangan semakin suram.

Dari pernyataan bahwa PDB tumbuh sebesar 2,6% menjadi 2,2%. Sementara pada kwartal sebelumnya sebesar 3,4%. Para ekonom sendiri memperkirakan revisi pertumbuhan itu hanya akan turun ke 2,4%.

Perkiraan terbaru dari Bank Sentral AS wilayah Atlanta dan New York Federal menyatakan bahwa pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini akan melambat sekitar 1.2%. Meskipun kehilangan momentum pertumbuhan, The Fed masih berusaha mempertahankan pandangan optimis atas kondisi ekonomi AS secara keseluruhan.

Sebagaimana tersirat dalam pertemuan Komisi FOMC yang masih melihat adanya ekspansi berkelanjutan dari kegiatan ekonomi, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi yang mendekati tujuan 2%. Proyeksi ini sebagaimana disampaikan dalam risalah pertemuan mereka pada 20 Maret silam.

Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menegaskan bahwa “dasar fundamental ekonomi masih sangat kuat”. Pandangan yang demikian ini merujuk ke pasar tenaga kerja yang kuat, pendapatan meningkat, pengangguran rendah, dimana kepercayaan bisnis dan rumah tangga juga kuat. (Lukman Hqeem)