Xi Jinping saat memberikan pidato dalam peringatan 40 tahun reformasi ekonomi, Beijing (Selasa, 18/12). (Guardian)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia jatuh pada Selasa (18/12) menyusul pidato Presiden China Xi Jinping. Hasil ini mengikuti kerugian di Wall Street sebelumnya, dimana para pedagang bersiap untuk kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve.


Indek Nikkei 225 turun 1,6% dan Indek Kospi Korea Selatan turun 0,4%. Indek Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,9%. Saham Fast Retailing Co. Jepang turun 1,7% dan produsen chip Korea SK Hynix turun 2%, sementara Tencent Holdings yang terdaftar di Hong Kong, turun lebih dari 2%. Sejumlah emiten industri Jepang, seperti Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp dan Mitsubishi naik lebih dari 1%, sementara CSPC Pharmeceutical adalah salah satu dari beberapa saham yang naik di Hong Kong.

Sebelumnya, para investor telah cemas sambil menunggu pidato Xi Jinping dalam memperingati 40 tahun reformasi ekonomi China. Beberapa analis berharap Xi akan mengumumkan komitmen baru untuk ekonomi pasar bebas. Pasar beharap ada kebijakan fiskal yang lebih proaktif dari regulator.


Dalam pidatonya di Beijing, Xi menyerukan China untuk “tetap jalan” pada reformasi ekonomi, menambahkan catatan menantang bahwa “tidak ada seorang pun yang dapat mendiktekan kepada orang-orang China apa yang harus atau tidak boleh dilakukan,” sebuah pernyataan yang secara jelas sebagai upaya menentang kehendak Trump yang acapkali memaksakan kesepakatan perdagangan.


Xi mengatakan reformasi ekonomi akan terus berlanjut, jika diperlukan. “Kami akan dengan tegas mereformasi apa yang seharusnya dan dapat direformasi, dan tidak membuat perubahan di mana seharusnya dan tidak bisa ada reformasi,” katanya.


Dia menambahkan bahwa China telah mencapai titik di mana ia harus bergerak maju. “Kami akan memperkuat pengembangan ekonomi negara sambil membimbing pengembangan ekonomi non-negara,” kata Xi. “Pembukaan membawa kemajuan sementara penutupan mengarah ke keterbelakangan.”


Pada hari Senin, aksi jual meluas hingga merobohkan indek AS ke level terendah dalam lebih dari setahun. Investor menjual hampir segalanya, mulai dari saham disektor teknologi hingga ritel bahkan saham-saham dengan deviden tinggi.

Hanya kurang dari 40 dari 500 saham yang terdiri dari S & P 500 mampu selesai lebih tinggi. Indek utama ini menyerah 2,1 % menjadi 2.545,94, level terendah sejak 9 Oktober 2017. Indek Dow Jones tergelincir 2,1% menjadi 23.592,98 dan Indek Nasdaq turun 2,3 persen pada 6.753,73 .


Komite Pasar Terbuka Federal memulai pertemuan dua hari pada hari Selasa. Diperkirakan akan menaikkan suku bunga jangka pendeknya dengan poin kuartal sederhana, ke kisaran 2,25% hingga 2,5% sehari kemudian.


Investor khawatir pengetatan moneter akan membebani pertumbuhan AS, dan akhirnya, ekonomi global, yang diperkirakan akan melambat pada 2019 karena ketegangan perdagangan. Presiden Donald Trump tweeted bahwa itu “luar biasa” Fed sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga lainnya, dengan “dolar yang sangat kuat dan hampir tidak ada inflasi.” Bank sentral memperkirakan tiga kenaikan suku bunga lagi pada 2019. (Lukman Hqeem)