Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Biro Statitistik Australia pada Rabu (04/12/2019) mengeluarkan data mengenai pertumbuhan ekonomi pada kwartal terakhir. Dalam paparannya, diketahui bahwa perekonomian Australia gagal naik pada kuartal ketiga, meskipun Reserve Bank of Australia telah menggulirkan kebijakan stimulus, bahkan pemerintah juga telah menimpali dengan melakukan pengurangan pajak pendapatan.

Perekonomian Australia hanya tumbuh sebesar 0,4% dimana angkanya telah disesuaikan secara musiman pada kuartal ketiga dari kuartal kedua. Secara tahunan hanya tumbuh sebesar 1,7%. Hasil yang demikian ini masih jauh dari yang diperlukan guna mengurangi pengangguran dan mendorong pertumbuhan upah yang lesu.

Reserve Bank of Australia melihat adanya “titik balik yang lembut” dalam perekonomian setelah data pertumbuhan mewakili laju kenaikan yang kecil dari akhir 2018. Meski demikian tingkat pertumbuhan rata-rata ini masih mengkhawatirkan. Lebih – lebih setelah pertumbuhan PDB di kuartal kedua juga direvisi sedikit.

Rekor utang rumah tangga yang tinggi terus membayangi perekonomian, dimana para konsumen telah menderita selama bertahun-tahun oleh pertumbuhan upah yang hangat. Kombinasi ini telah merintangi pengeluaran dimana indek kepercayaan konsumen menggelepar pada level terendah empat tahun ini. Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga meningkat 0,1% pada kuartal tersebut, data menunjukkan.

Disisi lain, investasi juga merupakan hambatan pada pertumbuhan selama kuartal tersebut, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat terkait dengan perang perdagangan AS-China, kata para ekonom. Penurunan dalam pembangunan perumahan juga memberikan angin sakal bagi perekonomian. Tetapi pengeluaran infrastruktur pemerintah yang solid membantu meletakkan dasar di bawah pertumbuhan PDB, dengan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah naik 0,9% pada kuartal tersebut, dan 6,0% lebih kuat dari tahun ke tahun.

Lemahnya pertumbuhan tetap menghidupkan prospek penurunan suku bunga lebih lanjut oleh RBA pada awal 2020, dan akan memicu tekanan pada Canberra untuk memasukkan beberapa stimulus dalam anggarannya yang akan diumumkan pada bulan Mei. Gubernur RBA Philip Lowe menguraikan pada bulan November bagaimana bank sentral akan menerapkan pelonggaran kuantitatif jika diperlukan, memberi tahu pasar bahwa kebijakan moneter konvensional semakin menipis.

Harga rumah telah mulai pulih dengan kuat karena pembeli mengambil keuntungan dari biaya pinjaman yang lebih rendah dan pesan dari RBA untuk mengharapkan periode panjang suku bunga rendah. Indeks Nilai Rumah CoreLogic dari harga rumah nasional naik 1,7% November, kenaikan terbesar sebulan sejak Oktober 2003. Harga rumah Sydney naik 2,7%, kenaikan bulanan terbesar sejak Oktober 1988. Naiknya harga rumah kemungkinan akan dikonversi menjadi beberapa pemulihan kepercayaan tahun depan, tetapi juga bisa mencegah penurunan suku bunga lebih lanjut jika itu memicu lonjakan pertumbuhan kredit perumahan. (Lukman Hqeem)