Bank Sentral AS, Federal Reserve bersikap fleksibel dan membuka wacana suku bunga bisa turun nol persen lagi.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Perang Dagang AS dengan sejumlah mitra dagangnya terus berkembang, bagi sebagian pelaku pasar ini mungkin akan menjadi rintangan terbesar bagi perekonomian AS, tetapi nyatanya laju peningkatan inflasi masih menjadi ancaman terbesar mereka.

Inflasi AS boleh dikatakan masih cukup jinak. Upah per jam untuk pekerja Amerika hanya naik sedikit di bulan Juni, tidak jauh dari kenaikan upah pekerja tahunan pada 2,7%. Upah biasanya naik 3% hingga 4% setahun ketika tingkat pengangguran rendah seperti sekarang di 4%.

Mengacu pada tolok ukur inflasi lainnya seperti harga grosir dan konsumen yang merayap namun tidak cukup ke zona bahaya. Indeks harga produsen naik tipis diatas 3% pada bulan Mei dan indeks harga konsumen naik menjadi 2,8% – keduanya tertinggi dalam enam tahun.

Minggu ini, inflasi konsumen mendorong hampir 3% dan bahkan mungkin mencapai level tertinggi dalam hampir satu dekade. Sewa naik, biaya medis yang lebih tinggi dan lonjakan harga bensin telah mendorong inflasi lebih tinggi selama setahun terakhir.

Sebagian besar ekonom dan pejabat senior Federal Reserve berpikir itu akan lancung. Harga gas biasanya mulai berkurang menjelang akhir musim panas, untuk satu hal. Sewa juga tidak bisa terus naik selamanya. Mereka naik dengan sangat cepat hingga melampaui kemampuan penyewa untuk mengikuti. Lebih banyak perumahan yang masuk ke pasar juga harus mengurangi tekanan. Perawatan medis adalah kartu liar. Biaya tersebut tumbuh sangat lambat pada tahun 2017, tetapi sekarang meningkat lagi.

Untuk saat ini The Fed tidak terlalu khawatir. Bank sentral lebih mengandalkan pada pengukur terpisah yang dikenal sebagai indeks PCE yang menunjukkan inflasi agak lebih rendah. Tingkat tahunan adalah 2,3% pada bulan Mei, sedikit di atas target jangka panjang Fed sebesar 2%. The Fed mengharapkan jumlah itu surut dalam beberapa bulan mendatang.

Meskipun the Fed salah, namun, perselisihan intens perdagangan antara administrasi Trump dan negara-negara lain hampir pasti untuk mencegah bank sentral menaikkan suku bunga bahkan lebih agresif untuk membasmi inflasi. Para pejabat the Fed lebih khawatir tentang eskalasi perang dagang saat ini.  (Lukman Hqeem)