Lapangan kerja yang membaik, mendorong kenaikan harga konsumen. Jepang menjaga laju inflasinya.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Setelah sekian lama menunggu, akhirnya para buruh AS bisa lega. Tingkat upah mereka secara perlahan mengalami kenaikan.

Dilatar belakangi dengan kondisi ekonomi AS yang terus membaik, sehingga menambah banyak pekerjaan baru. Tingkat pengangguran terus menurun hingga di angka 4%. Perusahaan-perusahaan masih berteriak keras tentang kekurangan supir truk, teknisi, ahli mesin, dan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan lainnya.

Sayangnya kenaikan upah ini hanya merayap saja. Pada bulan Juni, upah per jam untuk pekerja rata-rata naik menjadi $ 26,98. Kenaikan selama 12 bulan terakhir ini terhenti angka di 2,7%. Itu hanya sedikit lebih tinggi daripada tingkat inflasi dan jauh di bawah 3% hingga 4% keuntungan yang biasa terjadi dalam periode pengangguran yang sangat rendah.

Hulu dari permasalahan pertumbuhan upah yang lamban membentang cukup dalam. Produktivitas yang lemah, banyaknya pekerjaan dengan upah lebih rendah, peralihan gaji dari baby boomer ke pekerja muda yang berpenghasilan rendah adalah salah satu dari banyak penyebab.

Hal paling mendasar yang terlewatkan adalah masih banyaknya orang Amerika yang tidak bekerja. Tentu saja mereka akan bersedia mengambil pekerjaan jika mendapatkan satu dan bayarannya OK. Para ekonom memiliki cara untuk menggambarkan kelompok pekerja potensial yang tampaknya tersembunyi ini yaitu pengangguran terbuka. Jumlah pengangguran terbuka AS semakin berkurang. Sekitar 600.000 orang memasuki angkatan kerja bulan lalu untuk mencari pekerjaan, sehingga meningkatkan menjadi 2 juta dalam 12 bulan terakhir, menurut angka pemerintah.

Masuknya orang ke dalam angkatan kerja adalah apa yang memungkinkan ekonomi menambah rata-rata 215.000 pekerjaan baru setiap bulan selama setahun terakhir, lebih banyak dari perkiraan sebagian besar ekonom. Dalam satu tahun terakhir, sempat muncul pemikiran konyol bahwa pertumbuhan tenaga kerja berada di ambang kehabisan karena perusahaan tidak dapat menemukan pekerja untuk dipekerjakan. Meningkatnya jumlah angkatan kerja menambah bobot pengangguran terbuka yang tak terlihat di pasar tenaga kerja yang terserap.

Ketersediaan tenaga kerja untuk disewa membantu menjelaskan mengapa upah tidak naik lebih cepat. Dengan banyaknya pengangguran terbuka, mungkin diperlukan lebih banyak waktu agar upah untuk bisa lebih tinggi dengan sungguh-sungguh dan oleh itu harus menjaga biaya tenaga kerja dan tekanan inflasi yang terkandung dalam waktu dekat.

Terkait dengan potensi tenaga kerja, setidaknya terdapat 126 juta orang berbadan sehat di AS antara usia 25 dan 54. Sekitar 81,8% dari mereka berada di angkatan kerja pada bulan Juni. Meskipun jumlahnya telah meningkat, itu masih jauh di bawah rekor 84,5% yang ditetapkan pada tahun 2000.  Secara sederhana, sekitar tiga juta orang berusia lanjut dapat kembali bekerja. (Lukman Hqeem)