Perang Dagang - Dari Perang Dagang menjadi Perang Mata Uang - Dolar AS vs Yuan 3

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS dalam perdagangan Selasa (07/08) diperkirakan akan mempertahankan laju kenaikannya. Perang dagang yang memanas akan menjadi salah satu pendorong kenaikan ini.

Pada perdagangan diawal minggu ini, Dolar AS mampu memberikan tekanannya kepada mata uang utama lainnya dan emas. EURUSD ditutup melemah di level 1,1553, GBPUSD ditutup melemah di level 1,2941, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7385 dan USDJPY ditutup menguat di level 111,39. Harga emas kontrak Desember ditutup melemah $7,70 atau 0,63% di level $1215,50 per troy ounce. Indeks dolar AS menunjukkkan tren membaik dan berusaha mendekatkan dirinya ke level terbaik dalam 14 bulan terakhirnya.

Intensitas perang dagang AS – Cina serta rencana sanksi AS atas Iran, membuat pasar memilih aksi safe haven dengan dolar sebagai tujuan utamanya. Membaiknya bursa saham AS pada perdagangan awal minggu ini juga memperbesar kenaikan Dolar AS.

Meski demikian, penguatan Dolar AS bukan sesuatu yang diinginkan oleh Presiden Donald Trump. Presiden bahkan mengecam kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga. Trump bahkan menuduh Uni Eropa dan Cina telah melakukan manipulasi mata uangnya dan menahan suku bunganya tidak naik. Penguatan Dolar AS akan mendorong berbalik harapan perang dagang yang dikobarkannya. Tujuannya mengurangi defisit neraca perdagangan.

Kebijakan Trump menambah tarif barang Cina semakin memanaskan perang dagang kali ini. Cina juga berencana melakukan tindakan balasan juga sebesar $60 milyar, sehingga ini bisa menjadi poin kenaikan indeks dolar selanjutnya.

Pernyataan Trump kemenangan akan perang dagang mengisyaratkan arah keinginan Trump atas Cina. Kondisi bursa saham AS yang berkinerja lebih baik daripada bursa saham Shanghai, dapat diartikan bahwa sudah saatnya mata uang AS masih bisa mendominasi pergerakan pasar kembali.

Secara ekonomi, fundamental AS masih lebih kokoh daripada negara maju lainnya, maka arah kenaikan suku bunga the Fed memang masih terbuka lebar. Apalagi ada klaim kemenangan Trump atas tarif Cina, tentu akan membawa efek yang positif bagi indeks dolar dengan perang dagang yang makin panas. (Lukman Hqeem)