ESANDAR, Jakarta – Sebuah survei baru-baru ini oleh Bank of America Merrill Lynch menemukan bahwa lebih dari 80% manajer dana profesional mengatakan bahwa perang dagang adalah sumber kekhawatiran terbesar mereka.
Meski demikian, hal ini masih belum tercermin dalam kinerja pasar saham AS. Bahkan Indeks S&P 500 diperdagangkan mendekati level tertinggi sepanjang waktu yang ditetapkan pada bulan Januari, setelah naik 3% selama tiga minggu terakhir. Pun juga Indek Nasdaq yang melenggan naik oleh optimisme atas membaiknya sejumlah saham-saham di sektor teknologi.
Sementara itu, saham-saham berkapitalisasi kecil sebagian besar selamat disebabkan oleh persepsi bahwa mereka terisolasi dari potensi dampak perang dagang. Harus diakui, bahwa secara relative optimisme di Wall Street dapat dijelaskan oleh laporan laba positif sejumlah emiten yang berada di jalur pertumbuhan 20% pada kuartal kedua.
Menurut analis John Butters, 17% dari perusahaan S & P 500 telah melaporkan sejauh ini, dengan 87% di antaranya mengalahkan perkiraan laba dan 77% mengalahkan perkiraan pendapatan. Sementara itu, data ekonomi juga positif, menunjukkan peningkatan pekerjaan yang sehat dan tingkat inflasi sejalan dengan target yang diinginkan Federal Reserve sebesar 2%.
Namun, ancaman perang dagang yang siap meledakkan pasar masih menjulang besar, baik disadari atau tidak oleh orang-orang. Hal ini tetap akan memberikan banyak kerusakan tambahan dan bahkan beberapa dampak negatif sudah muncul sebagaimana tercermin dalam sentimen atau data lunak.
Indikator ekonomi dari Bank Sentral AS yang termaktub dalam Beige Book menemukan bahwa sejumlah perusahaan mengalami kesulitan untuk memperluas bisnis mereka. Disebabkan karena biaya bahan baku yang lebih tinggi dimana sebagian besar memang terdampak tariff masuk seperti baja dan kayu.
Kalangan bisnis banyak yang menunda proyek baru atau belanja modal baru karena mereka khawatir tentang tarif. Tidak hanya berhenti disitu saja, konsumen sekarang bahkan masih harus menghadapi harga yang lebih mahal untuk barang-barang tertentu. Kondisi seperti ini masih akan berlanjut jika mereka tidak dapat menemukan barang-barang pengganti yang lebih murah dari produk Cina.
Pada minggu lalu, Presiden Donald Trump mengatakan dia siap untuk mengenakan tarif baru sebesar $ 500 milyar dalam produk-produk Cina. Baik AS dan China sudah memberlakukan tarif berbunga 25% pada barang-barang senilai $ 34 miliar. Hanya masalah waktu sebelum harga yang lebih tinggi pada barang-barang konsumsi mulai muncul dalam data inflasi. Angka inflasi inti tahunan berada pada 2,3%, dianggap jinak meskipun telah merayap lebih tinggi.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam pernyataan di Konggres mengatakan bahwa negara-negara yang menerima tarif rendah dan perdagangan bebas memiliki hasil ekonomi yang lebih baik. Powell menolak untuk memperkirakan dampak sebenarnya dari kebijakan Trump tersebut.
Sebaliknya, Donald Trump justru mengkritik kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan membatalkan dampak pemotongan pajak. Para Investor lazimnya akan mengabaikan campur tangan presiden seperti itu, terlihat dari dolar yang hanya naik sedikit setelah komentar itu.
Salah satu hal yang bisa menjelaskan sikap investor tampaknya adalah kenyataan bahwa pengetahuan tentang perang dagang didasarkan pada sejarah sepanjang hampir 100 tahun. Dalam masa satu abad ini, kita belum mengalami perang dagang sepenuhnya. Tak heran sejarah baru-baru ini kita tidak memiliki referensi. Terakhir kali kebijakan proteksionis dilakukan pada tahun 1920 dan 1930-an. Para Investor sendiri, masih terus bertaruh bahwa masalah perdagangan ini akan diselesaikan sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih serius.
Keyakinan pasar tersebut, juga didasari dengan hasil laba positif emiten dan data ekonomi. Dalam minggu ini, setidaknya 174 perusahaan yang terdaftar di bursa S&P 500 akan melakukan pelaporan keuangan mereka, termasuk 11 komponen yang ikut terdaftar di bursa unggulan, Dow Jones. Di antaranya adalah Amazon.com, Alphabet Inc., Facebook Inc. dan Intel Corp.
Pada minggu ini, dalam kalender ekonomi sejumlah indikator akan diterbitkan. Angka penjualan rumah yang ada dan baru dilakukan pada hari Senin dan Rabu. Angka pesanan barang tahan lama serta perdagangan internasional jatuh tempo pada hari. Tetapi data yang paling penting ada pada hari Jumat, mengenai pertumbuhan ekonomi AS. Para investor ingin mengetahui seberapa cepat ekonomi AS berkembang di musim semi. Perkiraan pertumbuhan bagi wilayah Atlanta sebagaimana adalah 4,5%. Sementara konsensus ekonom yang disurvei oleh MarketWatch adalah 4%. (Lukman Hqeem)