ESANDAR – Dalam laporan terkini, disebutkan bahwa angka awal sentimen konsumen AS pada bulan Juni turun ke level terendah dalam tujuh bulan, mencerminkan kekhawatiran yang masih ada mengenai inflasi yang tinggi serta pertumbuhan pendapatan rumah tangga yang lebih lambat. Hasil pertama dari dua survei sentimen konsumen turun menjadi 65,6 bulan ini dari 69,1 pada bulan Mei, kata Universitas Michigan pada hari Jumat (14/06/2024). Indeks tersebut telah jatuh tiga bulan berturut-turut.
Indeks ini juga jauh di bawah puncak prapandemi sebesar 101. Angka yang mengukur pendapat konsumen tentang keadaan perekonomian saat ini merosot ke 62,5 dari 69,6 dan mencapai level terendah sejak akhir tahun 2022. Pengukuran ekspektasi enam bulan ke depan juga turun selama tiga bulan berturut-turut menjadi 67,6.
Para konsumen memperkirakan inflasi akan rata-rata sebesar 3,3% pada tahun depan, sama seperti bulan sebelumnya. Tingkat inflasi berdasarkan indeks harga konsumen naik 3,3% dalam 12 bulan yang berakhir di bulan Mei.
Secara garis besar, rakyat Amerika Serikat yang berpendapatan menengah dan rendah lebih khawatir terhadap inflasi dibandingkan rumah tangga kaya, menurut survei tersebut. Karena keluarga yang kurang kaya cenderung membelanjakan lebih banyak pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokok, penurunan pengeluaran apa pun dapat merugikan perekonomian AS.
Federal Reserve bertujuan untuk mengurangi inflasi menjadi 2% per tahun dengan menggunakan suku bunga tinggi untuk memperlambat perekonomian. Namun The Fed tidak akan menurunkan suku bunga sampai inflasi semakin melambat, sehingga mempersulit masyarakat untuk membeli mobil atau rumah atau bagi dunia usaha untuk berinvestasi.
Para konsumen tidak begitu khawatir terhadap prospek inflasi saat ini, namun masih tampak skeptis mengenai betapa mudahnya bagi The Fed untuk merekayasa pelonggaran inflasi ke kisaran 2% sebelum pandemi dalam waktu dekat.
Sementara itu, secara terpisah juga dilaporkan bahwa terjadi penurunan harga impor yang turun tajam. Penurunan pada bulan Mei ini adalah yang terbesar sejak akhir tahun lalu. Ini merupakan tanda lain dari memudarnya inflasi AS.
Indeks harga impor turun 0,4% bulan lalu. Ekonom yang disurvei oleh Wall Street Journal memperkirakan tidak ada perubahan. Penurunan harga bahan bakar memainkan peran yang besar, namun jika energi tidak termasuk, harga impor masih turun 0,3, kata pemerintah.
Biaya impor melonjak dalam empat bulan pertama tahun ini setelah periode penurunan yang panjang, sehingga berkontribusi terhadap sedikit lonjakan inflasi AS. Kenaikan tersebut bahkan sempat menarik perhatian Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan pejabat tinggi lainnya.
“Terdapat kenaikan harga barang impor yang mengejutkan, yang agak sulit untuk dipahami dan, Anda tahu, kami telah mengambil beberapa sinyal dari hal tersebut,” kata Powell pada hari Rabu dua hari sebelum indeks harga impor bulan Mei dirilis.
Namun harga konsumen dan harga grosir mendatar pada bulan Mei dan memberikan harapan bahwa peningkatan inflasi telah berakhir.
Biaya impor telah meningkat 1,1% dalam 12 bulan yang berakhir pada bulan Mei, sama seperti bulan sebelumnya. Disisi lain, penguatan Dolar AS telah membuat orang Amerika lebih murah untuk membeli barang-barang asing atau bepergian ke luar negeri
Inflasi masih berada di atas tingkat rendah sebelum pandemi, tetapi jika harga terus turun selama musim panas, Federal Reserve dapat menurunkan suku bunga pada awal bulan September. The Fed bertekad untuk menurunkan tingkat inflasi hingga 2% per tahun. Saat ini harga naik mendekati 3% per tahun.