ESANDAR – Sebagaimana Eropa dan Amerika Serikat, perekonomian Jepang juga menyusut di kwartal kedua tahun ini. Meski turun lebih sedikit dibanding keduanya, perekonomian Jepang justru bernasib lebih buruk daripada rekan-rekan tetangganya di Asia.
Produk domestik bruto Jepang turun 7,8% pada April – Juni tahun 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, penurunan terburuk dalam catatan pada periode sejak 1980, ketika data pembanding mulai tersedia. Kontraksi tersebut lebih tajam dari rekor sebelumnya yaitu minus 4,8% pada Januari-Maret 2009 pasca krisis keuangan global.
Hasilnya sesuai dengan ekspektasi setelah virus corona baru memaksa banyak pengecer dan bisnis lain tutup selama keadaan darurat pada bulan April dan Mei dan memblokir hampir semua turis asing untuk mengunjungi Jepang.
Jepang, sebagai kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah AS. dan Cina, bernasib lebih baik dari negara-negara Barat. Amerika Serikat. Ekonominya hanya menyusut 9,5% pada kuartal tersebut, sementara ekonomi Eropa menyusut lebih dari 10%, termasuk penurunan 20% di Inggris.
Di tempat lain di Asia, tanda-tanda pemulihan telah muncul lebih awal. Di China, di mana sebagian besar virus dapat dipadamkan pada bulan Maret, PDB pada kuartal kedua naik 11,5% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sementara PDB Korea Selatan turun 3,3% pada kuartal tersebut.
Secara tahunan, yang mencerminkan apa yang akan terjadi jika kecepatan kuartal kedua berlanjut selama setahun penuh, ekonomi Jepang menyusut 27,8% pada kuartal April-Juni. Namun, para ekonom yakin ekonomi kemungkinan akan mulai tumbuh lagi pada kuartal saat ini, ketika sebagian besar bisnis telah dibuka kembali.
Data yang dirilis oleh pemerintah pada hari Senin (17/08/2020) menunjukkan permintaan eksternal, yang meliputi ekspor dan pariwisata, menurunkan ekonomi pada kuartal kedua. Selain itu, konsumsi swasta turun 8,2% dari kuartal sebelumnya.