ESANDAR, Jakarta – Harga minyak pada hari Kamis berada pada level terendah dalam dua minggu, sehari setelah data menunjukkan kenaikan mingguan pasokan dan produksi minyak mentah A.S., bersamaan dengan kenaikan stok bensin yang tidak terduga.
Harga Minyak mentah jenis Intermediate West Texas Intermediate, (WTI) turun 65 sen atau 1,1%, bertahan di $ 60,99 per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak tersebut menandai penutupan terendah sejak 14 Februari, setelah kehilangan sekitar 4,8% untuk bulan tersebut. Itu adalah kerugian bulanan pertama sejak Agustus. Patokan harga minyak mentah global, Brent turun 90 sen atau 1,4% menjadi $ 63,83 per barel di bursa ICE Futures Europe, penutupan terendah sejak 13 Februari. Brent memimpin bulan turun sekitar 4,7% pada bulan Februari, yang pertama kerugian bulanan sejak Juni.
Secara mengejutkan, stok minyak mentah AS. naik 3 juta barel pekan lalu. Sementara persediaan bensin naik 2,5 juta barel, demikian laporan mingguan Lembaga Informasi Energi AS yang dipublikasikan pada hari Rabu. Laporan ini dinilai bias. Pasalnya, kenaikan stok bensin bersifat kontra-musiman karena persediaan bahan bakar biasanya tidak dibuat selama periode pemeliharaan kilang yang sedang berlangsung. Dengan demikian, operasional kilang masih rendah, jadi kita harus melihat suplai yang lebih rendah, tapi belum ada permintaan yang kuat.
Disisi lain, perlu diperhatikan adalah impor bensin juga rendah. Permintaan bensin biasanya mulai meningkat menjelang musim panas dimana akan banyak konsumsi untuk mengemudi sepanjang liburan, biasanya dimulai pada hari libur Memorial Day pada 28 Mei.
Harga minyak juga tertekan oleh data AMDAL yang menunjukkan produksi minyak mentah mingguan AS. mencapai titik tertinggi baru di 10.283 juta barel per hari. Kekhawatiran pasar meningkat seiring dengan lonjakan produksi minyak AS. Keseimbangan pasar bisa terganggu, beralih dari dinamika yang seimbang menjadi surplus. Meski sejauh ini, produksi minyak AS. masih melaju dengan kecepatan 3 juta barel per hari pada tahun ini. Namun angka ini sudah tiga kali lebih besar dari harapan AMDAL, sebesar 1 juta barel per hari. Dengan kecepatan saat ini, produksi minyak AS. akan meningkat menjadi lebih dari 13 juta barel per hari pada akhir 2018.
Sementara itu, perang tarik-menarik antara OPEC dan rekan-rekannya dengan produsen minyak serpih AS. Terus berlanjut. Meski demikian, ada upaya terkoordinasi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen utama lainnya termasuk Rusia untuk mengurangi produksi dan mengatasi kenaikan output dari negara-negara termasuk U.S membantu mendukung harga.
Badan Energi Internasional memperkirakan AS bisa menyalip Rusia pada 2019 sebagai produsen minyak mentah terbesar di dunia dengan ledakan produksi minyak serpih yang terus meningkatkan. EIA melaporkan pada hari Kamis bahwa pasokan gas alam dalam negeri turun sebesar 78 miliar kaki kubik untuk pekan yang berakhir 23 Februari. Analis yang disurvei oleh S&P Global Platts telah memperkirakan penurunan 79 miliar, namun dibawah angka pasokan rata-rata lima tahun adalah 118 miliar. (Lukman Hqeem)