Harga Perumahan Di Australia

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta –  Harga rumah di seluruh kota-kota besar di Australia turun pada bulan Desember. Jatuhnya harga perumahan terimbas pasar Sydney yang mendingin.

Pasar perumahan Sydney dulu paling cemerlang, kini terus mendingin dalam menghadapi peraturan pemerintah Australia yang lebih ketat terkait pinjaman investasi. Peraturan yang nampaknya memberikan bantuan kepada regulator namun sejatinya merupakan hambatan potensial untuk belanja konsumen.

Konsultan properti CoreLogic mengatakan indeks harga rumah untuk gabungan ibu kota merosot 0,4 persen pada Desember dari November. Pertumbuhan harga tahunan melambat menjadi 4,3 persen, dari 5,2 persen pada November dan 10,5 persen pada pertengahan 2017.

Harga perumahan di Sydney turun 0,9 persen pada Desember dan menarik pertumbuhan tahunan menjadi hanya 3,1 persen, jauh dari puncak 17 persen terlihat di awal tahun. Nilai hunian Sydney masih naik 71 persen karena turunnya siklus mulai Februari 2012. Sementara harga perumahan di Melbourne bernasib agak baik. Sebagian berkat pertumbuhan populasi yang cepat, dengan harga lebih tinggi 0,2 persen pada Desember menjadi 8,9 persen lebih tinggi pada tahun ini. Harga rumah di luar kota-kota besar naik tipis 0,2 persen pada Desember menjadi 3,8 persen lebih tinggi pada tahun ini.

Perlambatan telah banyak diinginkan oleh pengawas bank negara yang memperketat standar investasi dan pinjaman hanya bunga, yang memimpin bank untuk menaikkan suku bunga pada beberapa produk hipotek. Pihak Reserve Bank of Australia juga khawatir bahwa spekulasi berbahan bakar pada properti pada akhirnya dapat merugikan konsumen dan bank.

Kenaikan harga yang tak terhindarkan di kota-kota besar telah membuat rumah-rumah keluar dari jangkauan banyak pembeli pertama kali dan telah menjadi kentang panas politik. Namun, ledakan tersebut juga merupakan keuntungan bagi kekayaan rumah tangga dengan statistik pemerintah yang memperkirakan persediaan rumahan bernilai $ A 6,8 triliun ($ 5,3 triliun) pada akhir kuartal ketiga – empat kali lipat dari produk domestik bruto tahunan.

 

Ledakan kekayaan telah membantu mengimbangi kelemahan dalam upah, sehingga setiap penurunan harga rumah yang langgeng sekarang bisa bertindak sebagai hambatan pada kepercayaan konsumen dan pengeluaran. (Lukman Hqeem)