ESANDAR, Jakarta – Pada Selasa (08/01) “Shutdown” atau penutupan operasional sebagian pemerintah federal AS memasuki hari ke 18. Mendekati rekor terlama dalam masa 40 tahun terakhir ini sejak penutupan sebelumnya, selama 21 hari pada bulan Desember 1995 dimasa pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Shutdown yang lama, terdekat sebelumnya terjadi selama era Carter yang dimulai pada September 1978. Juga penutupan selama kepresidenan Obama yang berlangsung 16 hari dan dimulai pada September 2013.
Dampak dari penutupan ini meski terbatas, namun tetap memberikan ketidaknyamanan bagi pelaku pasar. Penutupan hanya mempengaruhi sejumlah departemen yang mencakup sekitar 25% dari total anggaran pengeluaran pemerintah.
Penutupan yang sedang berlangsung telah dipicu oleh perselisihan tentang uang untuk pembangunan dinding perbatasan yang diusulkan Presiden Donald Trump. Pembicaraan akhir pekan yang dipimpin oleh Wakil Presiden Mike Pence dengan para pembantu senior Kongres tidak menghasilkan kesepakatan. Donald Trump sendiri mengatakan dia berharap untuk “beberapa pembicaraan yang sangat serius pada Senin, Selasa, Rabu”.
Kekhawatiran terkait “shutdown” telah berkontribusi dalam mengirimkan indek bursa saham ke posisi lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir. Meski indek Dow sempat melonjak 3,3% pada hari Jumat kemarin, tetapi kinerja bulanan menunjukkan kerugian sekitar 4%.(LH)