Dolar AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS kembali mengalami tekanan di awal perdagangan pekan ini karena beberapa faktor yang cukup membebaninya. Faktor utama adalah semakin kuatnya ekspektasi pasar mengenai perubahan jalur kebijakan moneter bank sentral AS, menimbulkan ketidakpastian baru.

Setelah pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell saat berbicara di American Economic Association pada Jumat (04/12) lalu, pasar semakin yakin The Fed akan melambatkan laju kenaikan suku bunga di tahun ini dan tahun depan bahkan mungkin bakal menghentikannya meskipun pada hari Jumat terlihat lonjakan pada data ketenagakerjaan AS untuk bulan Desember yang salah satu komponennya yaitu tingkat upah dilaporkan meningkat.

Ada tiga hal yang harus dicermati dari pernyataan Powell tersebut yaitu sabar, fleksibel dan sensitif. Sabar berarti sejak saat ini The Fed akan terus mencermati data-data dan perkembangan situasi ekonomi dan pasar keuangan. Fleksibel berarti The Fed berusaha bermain aman, terlebih dengan adanya tekanan dari Presiden AS Donald Trump. Sementara sensitif dapat dilihat sebagai sikap proaktif The Fed terhadap aspirasi pasar keuangan dan kepentingan politis walaupun bank sentral AS selalu berusaha untuk profesional.

Singkatnya, dolar AS masih akan diwarnai nuansa bearish di saat pasar tetap menunggu hasil akhir pembicaraan perdagangan antara para pejabat tinggi AS dan China di Beijing yang berakhir hari ini. Hasil negosiasi kedua pihak dapat menentukan nasib greenback pada hari ini.

Sementara itu dari Inggris, tersiarnya kabar mengenai opsi referendum Brexit kedua tampak direspon positif oleh para pelaku pasar sehingga pound sterling berhasil membukukan penutupan positif di akhir sesi kemarin.

Perdana Menteri Inggris Theresa May memperingatkan lawan-lawan politiknya di Parlemen Inggris bila tetap menolak proposal yang ditawarkannya. Bila Parlemen tetap menolak, maka ia bakal membuka opsi referendum kedua meskipun ia menegaskan tidak suka dengan opsi tersebut.

Meskipun buka berkategori sangat penting, sejumlah data seperti indek kepercayaan konsumen Jepang, data produksi industri Jerman, data penjualan ritel dan cadangan mata uang asing Swiss, neraca perdagangan Kanada dan AS juga JOLTS Job Openings dari AS akan tetap diperhatikan oleh para pelaku pasar.