ESANDAR – Sebagaimana yang telah diantisipasi, Bank Sentral Eropa akhirnya memutuskan untuk memangkas suku bunganya, bahkan lebih jauh lagi dengan membawa suku bunga deposito ke wilayah negatif. Alhasil, Euro tertekan dengan keputusan European Central Bank ini (ECB). ECB memutuskan memangkas suku bunga deposito sebesar 10 basis poin menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman juga tetap sebesar 0,25%.
Paska pemangkasan suku bunga, Euro bergerak liar pada perdagangan Kamis (12/9/19). Sempat menguat ke level US$ 1,1069, tetapi langsung berbalik ke level US$ 1,0965 melemah 0,41% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu di pasar spot, melansir data Refinitiv.
ECB juga memutuskan untuk mengaktifkan kembali program pembelian obligasi dan surat berharga pemerintah yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu. Program pembelian aset kali (Quantitative Easing, QE) ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Kondisi ekonomi zona euro memang sedang memburuk, pertumbuhan ekonomi yang melambat inflasi yang rendah serta aktivitas manufaktur blok 19 negara tersebut berkontraksi dalam enam bulan terakhir. “Hantu” resesi juga membayangi zona euro, di akhir 2018, Italia, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di kawasan tersebut sudah memasuki resesi.
Euro juga terdorong setelah ECB mengatakan bahwa bank-bank zona euro akan dibebaskan dari pembayaran denda atas dana tunai menganggur senilai enam kali cadangan wajib mereka.
Perang dagang AS-China dikatakan menjadi salah satu penyebab memburuknya kondisi ekonomi zona euro, yang memaksa ECB melakukan kebijakan moneter yang berbalik. Di akhir 2018, ketika Draghi menghentikan program QE, ECB berencana menaikkan suku bunga di kuartal IV-2019, tapi kini yang terjadi suku bunga malah diturunkan, dan QE kembali diaktifkan. Baik pemangkasan suku bunga maupun QE akan menyebabkan banjir likuiditas yang tentunya membuat nilai mata uang melemah.
Fluktuasi euro juga terefleksi pada harga emas yang sempat bergerak liar mengikuti ritme euro. Harga emas pun membukukan kenaikan kedua berturut-turut pada hari Kamis setelah ECB memangkas suku bunga zona euro dan memberikan serangkaian langkah-langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi yang lamban di kawasan tersebut – langkah bullish untuk emas.
Seperti ECB, bank-bank sentral global sedang berjuang melawan perlambatan pertumbuhan dan inflasi yang hangat, dengan perang perdagangan AS-Tiongkok menambah tantangan lebih lanjut terhadap ekonomi global.
Euro berusaha menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan EURUSD, tetapi gagal untuk memenuhi beberapa harapan pasar yang dovish. Dolar menguat terhadap safe haven yen Jepang setelah Bloomberg News melaporkan bahwa pejabat administrasi Trump telah membahas menunda atau memutar kembali beberapa tarif pada barang-barang Cina.
Seorang pejabat Gedung Putih yang menyangkal bahwa AS sedang mempertimbangkan kesepakatan sementara dengan China. Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu menyambut keputusan China untuk mengecualikan beberapa obat anti-kanker AS dan barang-barang lainnya dari tarifnya, dan mengumumkan penundaan singkat untuk kenaikan tarif terjadwal atas barang-barang China bernilai miliaran.
Data AS pada hari Kamis menunjukkan bahwa harga konsumen yang mendasarinya meningkat secara kokoh pada bulan Agustus, yang mengarah ke kenaikan tahunan terbesar dalam setahun, tetapi kenaikan inflasi tidak mungkin menghalangi Federal Reserve dari pemotongan suku bunga lagi minggu depan untuk mendukung ekonomi yang sedang melambat. Indeks harga konsumen tersebut muncul setelah data pada hari Rabu menunjukkan bahwa harga produsen AS secara tak terduga naik pada bulan Agustus.
Fokus ekonomi utama berikutnya adalah data penjualan ritel pada hari Jumat. (Lukman Hqeem)