ESANDAR – Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan tetap mempertahankan kebijakan moneternya dalam pertemuan berkala Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) yang berakhir hari ini. Namun demikian para pelaku pasar tetap berusaha mencari sinyalemen kemungkinan perubahan mekanisme Fed dalam mengelola suku bunga kedepannya.
Sejak melakukan pemangkasan suku bunga untuk ketiga kalinya di bulan Oktober lalu, para pembuat kebijakan telah sepakat untuk mempertahankan target kebijakan suku bunga mereka di kisaran 1.50% hingga 1.75% sampai dengan mereka mampu mendapatkan bukti-bukti yang signifikan dalam prospek ekonomi AS.
Beberapa risiko meningkat, menyusul pertumbuhan ekonomi China saat ini yang menjadi sorotan setelah wabah virus Corona muncul. Kenaikan ini terlihat dari turunnya yield obligasi AS. Disisi lain, muncul tekanan secara politis dari Presiden AS Donald Trump yang kembali mengulang seruaannya untuk suku bunga yang lebih rendah. Trump mengecam The Fed dan Gubernur Bank Sentral Jerome Powell sejak tahun 2018, karena memilih untuk mempertahankan kebijakan moneter yang dianggap Trump terlalu ketat.
Para investor bertaruh bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pemangkasan suku bunga setidaknya satu kali di tahun ini. Sekitar 95 dari 108 ekonom yang di survei Reuters memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga dalam pertemuan ini. Analis JPMorgan Michael Feroli mengatakan kemungkinan pertemuan ini menjadi salah satu pertemuan yang tidak penting dalam beberapa tahun terakhir, mengingat hasil pertemuan sudah bisa diprediksi.
Sementara itu, The Fed diperkirakan akan memutuskan berapa lama lagi mereka akan melanjutkan program pembelian obligasi Treasury AS senilai $60 milliar per bulan. Selain memberikan paparan dampak program tersebut selama ini. The Fed juga diperkirakan akan memberikan penjelasan terkait langkah apa yang akan diambil dalam mengganti program tersebut untuk perbaikan ekonomi AS jangka panjang guna menentukan langkah jangka pendeknya.
Langkah the Fed dalam memompa likuiditas ke sistem perbankan setiap bulannya, telah memungkinkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga jangka pendeknya tetap dalam kisaran target mereka. Langkah ini sekaligus sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul saat terjadi kekurangan cadangan bank yang menyebabkan terjadinya lonjakan.
Namun demikian, sejumlah pembuat kebijakan lebih suka bank sentral memiliki neraca yang lebih kecil jika hal tersebut memungkinkan. Hal ini justru menciptakan kesan bahwa The Fed tengah terlibat dengan bentuk pelonggaran kuantitatif yang dilakukan mereka saat harus menopang perekonomian di tengah resesi 2007-2009 silam.
Dalam penyesuaian terkaitnya, The Fed mungkin juga meningkatkan interest yang harus dibayar setiap bank sebagai cadangannya hingga lima basis poin, sebagai upaya untuk menjaga suku bunga The Fed berada dekat target kebijakannya untuk saat ini.