ESANDAR, Jakarta – Paska Pertemuan reguler Komis Pasar Bebas Federal (FOMC), Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan keterangan kepada media, Rabu (19/12) waktu setempat.
Dalam pernyataannya, Bank Sentral AS memutuskan untuk menaikkans suku bunga sebesar seperempat basis point, sesuai dengan ekspektasi pasar. Selanjutnya, disampaikan mengenai proyeksi kebijakannya dalam tahun 2019. Termasuk dalam hal ini rencana normalisasi kebijakan moneternya.
Powell bernada lebih lunak dalam hal ini, dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan dan inflasi untuk 2019 dan seterusnya. Langkah the Fed yang melakukan pengetatan kebijakan moneter disatu sisi sementara memberikan perkiraan yang benada dovish, menimbulkan kebingungan pasar. The Fed berbicara dari dua sisi dan itu menciptakan lebih banyak ketidakpastian.
Bagi pasar, ini menjadi sinyalemen bahwa pertumbuhan akan melambat di masa depan sementara perkiraan untuk pengangguran pada 2020 akan meningkat, mempertebal perkiraan akan ada gejolak ekonomi dalam 18 bulan mendatang.
Dalam konferensi pers, Jerome Powell mengkonfirmasi nada bearish dari ramalan ekonomi Fed. Ini menjadi sinyal negatif dimana akan ada banyak pembicaraan tentang lintas-arus dan angin sakal dari luar negeri. Belum lagi masalah perang tariff.
Investor merasa khawatir dengan fakta bahwa Fed menolak untuk memberikan rincian perkiraannya untuk suku bunga tahun 2020 dan 2021. The Fed pada akhirnya mengambil kebijakan moneter ke dalam wilayah yang terbatas. Dimana saat terjadi pengangguran meningkat, biasanya diikuti dengan resesi.
Awalnya sempat, para pialang menafikkan fakta bahwa sejumlah anggota FOMC akan menurunkan perkiraan mereka dimana di mana suku bunga ditetapkan pada akhirnya. Perubahan nada yang bersifat dovish ini yang tidak diharapkan pasar.
Sementara itu, penjualan rumah naik 1,9%, ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 5,32 juta dari Oktober hingga November, menurut National Association of Realtors, melampaui ekspektasi ekonom sebesar 5,17 juta, per poll oleh MarketWatch.
Indikator ekonomi AS menunjukkan bahwa bahwa defisit perdagangan AS meningkat menjadi $ 124,8 miliar pada kuartal ketiga, naik dari $ 101,2 miliar pada kuartal kedua tahun 2019, demikian ungkap Departemen Perdagangan.
Pada perdagangan sebelumnya, Indek Dow Jones berakhir naik 0,4% menjadi 23.675,64, sementara indeks S & P 500 naik kurang dari satu poin ditutup pada 2,546.16. Indeks Nasdaq naik 0,5% menjadi 6.783,91.
Bursa saham Asia merespon perkembangan ini dengan beragam. Indek Nikkei melemah 1% dan Indek Shanghai China turun 0,4%. Di Eropa, bursa saham ditutup sebagian besar lebih tinggi, dimana Indek FTSE 100 menguat pada hari itu. Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah naik 3,7%, sementara Indeks Dolar ICE melemah dan emas berjangka turun 0,6%. (Lukman Hqeem)