Pasar saham Asia sebagian besar melemah pada perdagangan di hari Selasa (08/08/2023) dimana dolar bergerak lebih tinggi karena investor mencerna data perdagangan China yang lebih lemah menjelang pembacaan inflasi utama dari China dan Amerika Serikat yang akan dirilis akhir pekan ini.
Indeks MSCI Asia-Pasifik selain Jepang turun 0,7%, setelah bursa saham AS dalam perdagangan semalam berakhir dengan sedikit kenaikan. Indek Saham turun 2,9% sejauh bulan ini.
Data menunjukkan impor China berkontraksi 12,4% pada Juli, meleset dari perkiraan penurunan 5%, sementara ekspor turun 14,5%, dibandingkan dengan penurunan 12,5% yang diperkirakan oleh para ekonom. Yuan yang di jual di luar negeri jatuh ke level terendah lebih dari dua minggu di 7,2334 per dolar, sementara dalam perdagangan di dalam negeri, turun mencapai level terendah lebih dari dua minggu di 7,2223 per dolar.
Aussie dalam perdagangan AUD/USD melemah 0,38% menjadi $0,6549, sedangkan kiwi dalam perdagangan NZD/USD turun 0,55% menjadi $0,60735. Dolar naik 0,46% terhadap yen di 143,15 dalam perdagangan USD/JPY. Masih jauh dari level tertinggi tahun ini di 145,07 yang dicapai pada 30 Juni. Sementara Euro dalam perdagangan EUR/USD turun 0,1% hari ini di $1,1002 sementara indeks dollar DXY, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama, naik di 102,24.
Yield Obligasi AS tenor 10-tahun naik menjadi 4,0442% dibandingkan dengan penutupan AS di 4,078% pada hari Senin. Imbal hasil dua tahun, yang naik dengan ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Federal Reserve yang lebih tinggi, menyentuh 4,7598% dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,758%.
Indeks Hang Seng Hong Kong mulai memulihkan beberapa kekuatan yang hilang pada hari sebelumnya, tetapi masih turun 1,26% setelah membuka 1,73% di zona merah. Sentimen rebound di China seiring indeks blue chip CSI300 yang berbalik positif naik 0,07% setelah awalnya turun 0,54%. Indek saham Nikkei 225 Jepang naik 0,29% setelah perdagangan sebelumnya naik hampir 0,8%.
Investor global sangat menantikan pembacaan inflasi dari China pada hari Rabu dan AS pada hari Kamis, mengharapkan mereka untuk menunjukkan perbedaan mencolok dalam pergerakan harga di dua ekonomi terbesar dunia.
Inflasi AS kemungkinan sedikit meningkat pada bulan Juli menjadi 3,3% tahunan, sementara tingkat inti kemungkinan tidak berubah pada 4,8%, menurut jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom. ANZ memperkirakan indeks harga konsumen China bulan Juli akan minus 0,4% tahun-ke-tahun.
Inflasi China cukup rendah tapi itu karena pertumbuhan ekonomi melambat dan tidak sesuai harapan. Inflasi akan mulai meningkat ketika pertumbuhan terjadi dan kami memperkirakan hal itu akan terjadi di paruh kedua.
Prospek stimulus ekonomi dari pemerintah pusat China untuk menghidupkan kembali ekonomi yang lemah masih direnungkan oleh investor. Langkah-langkah kecil untuk membantu pasar properti telah disampaikan dalam dua minggu terakhir, namun tidak ada stimulus luas yang telah digariskan. Sambil menunggu tanda-tanda deflasi yang tidak menyenangkan, pasar terpecah antara kesuraman ekonomi dan harapan akan gema stimulus yang diatur untuk menyalakan kembali pertumbuhan China. Namun ada pesimisme bahwa upaya stimulus Beijing akan mencapai ‘peningkatan’ yang dimaksudkan untuk ekonomi yang masih berjuang.
Pada perdagangan komoditi, harga minyak mentah AS berdetak naik 0,21% menjadi $82,11 per barel. Sementara minyak mentah Brent naik menjadi $85,46 per barel.
Harga Emas sedikit lebih rendah dimana pada perdagangan emas di pasar spot pada $1934.1667 per ons.