Harga Minyak Bergeming Oleh Putusan Donald Trump batalkan perjanjian nuklir dengan Iran

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) ditutup dengan kerugian lagi pada perdagangan di hari Selasa (15/08/2023), jatuh untuk sesi kedua karena harapan untuk bangkitnya kembali permintaan dari China berkurang dengan negara itu kembali melaporkan data ekonomi yang lemah dan bank sentralnya membuat penurunan suku bunga yang mengejutkan.

WTI September turun $1,52 menetap di $80,99 per barel, sementara minyak mentah Brent Oktober, terakhir terlihat turun $1,29 menjadi $84,92.

Penurunan terjadi karena bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga utama sebesar 15 basis poin karena negara tersebut melaporkan data ekonomi yang lemah.Bloomberg melaporkan bahwa produksi industri, penjualan ritel dan investasi dalam aset tetap naik kurang dari yang diharapkan sementara pengangguran naik dan Biro Statistik Nasional China mengatakan akan berhenti melaporkan pengangguran kaum muda, yang terakhir dipatok pada 21,3%.

Data tersebut adalah yang terbaru yang menunjukkan ekonomi importir minyak no.1 dunia terus berjuang di tengah krisis utang menyusul pembangunan berlebihan di pasar real estat, namun permintaan yang lemah diimbangi oleh pemotongan produksi OPEC+ dan pemotongan sukarela aditif oleh Arab Saudi dan Rusia hingga September yang mendukung naiknya harga minyak.

Isyarat lain dari data ekonomi China yang mengecewakan adalah naiknya beberapa kekhawatiran tentang permintaan dalam beberapa bulan mendatang. Harga malah terus didukung oleh kondisi pasar yang ketat di tengah rekor permintaan, seperti yang terlihat melalui perbedaan minyak mentah fisik dan peningkatan margin kilang. Pasar kemungkinan akan tetap dalam keadaan ini selama Saudi mempertahankan pemotongan sukarela 1 juta bpd mereka, atau retakan mulai muncul dalam prospek permintaan.