ESANDAR, Jakarta – Mulai Jumat (10/05) dini hari waktu setempat, Amerika Serikat secara resmi telah manaikkan tarif impor terhadap barang-barang China senilai $ 200 miliar. Menurut penasehat Bank Sentral China, kebijakan ini akan berdampak pada penyusutuan pertumbuhan ekonomi mereka sekitar 0,3 poin. Hikmahnya, kondisi ekonomi China akan lebih kuat dan tahan terhadap guncangan dan sentiment eksternal.
Ma Jun, penasehat bank sentral tersebut termaktub dalam artikel di Finance News, dirilis pada hari Jumat ini ketika para pejabat AS dan Cina tengah melakukan perundingan di menit-menit terakhir di Washington. Perundingan ini guna mencegah eskalasi perang dagang yang mengancam akan mengganggu perekonomian global.
Wakil Perdana Menteri China Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah melakukan perundingan selama dua hari sejak hari Kamis. Perundingan berlangsung setelah terjadi kemunduran besar dimana terjadi keretakan hubungan antara kedua negara atas rancangan perjanjian perdagangan.
Ma, menegaskan kembali bahwa China akan memberlakukan langkah-langkah balasan yang sesuai jika Presiden AS Donald Trump melangkah maju dengan rencana untuk meningkatkan bea atas barang-barang China senilai $ 200 miliar, menjadi 25 persen dari 10 persen. Dampak negatif dari skenario ini pada produksi domestik bruto Cina akan sekitar 0,3 poin persentase, ini berada dalam kisaran yang terkendali, katanya.
Lebih juah dikatakan olehnya bahwa kinerja ekonomi riil China telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Lingkungan makroekonomi dan kebijakan China saat ini akan membantu pasar meningkatkan ketahanannya terhadap guncangan eksternal baru, katanya.
Bank sentral China memiliki alat kebijakan moneter yang cukup untuk mengatasi ketidakpastian internal dan eksternal pada saat ini dan akan mencari cara untuk menyempurnakan kebijakan sesuai dengan perubahan dalam situasi ekonomi negara, pungkas Ma. (Lukman Hqeem)