Harga emas bergerak datar-datar saja diawal perdagangan sesi Asia pada hari Rabu (19/01/2022). Harga masih stabil di dekat level terendah dalam satu minggu ini, karena kenaikan imbal hasil Obligasi AS ke level tertinggi dua tahun terakhir.
Hal ini dipucu oleh ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga Fed yang bisa lebih cepat . Emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, tetapi logam ini sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga A.S., yang meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan tanpa bunga.
Yield Obligasi AS melonjak ke tertinggi dua tahun pada hari Selasa, karena para pedagang bersiap untuk Fed agar lebih agresif dalam mengatasi inflasi yang tidak mereda, menjelang pertemuannya pada 25-26 Januari. Indeks dolar AS membukukan kenaikan harian terbaiknya dalam empat minggu pada hari Selasa, naik ke level tertinggi satu minggu terhadap sekeranjang mata uang, membuat emas yang dihargakan dengan greenback kurang menarik bagi pembeli luar negeri.
Pada perdagangan emas, harga sedikit berubah pada $1,813,04 per ounce pada pukul 08:18 WIB, setelah jatuh ke level terendah satu minggu di $1,805 per ounce pada hari Selasa. Emas berjangka AS stabil di $1,813,30.
Data ekonomi yang menjadi perhatian pasar diantaranya adalah angka inflasi zona euro yang diperkirakan akan membakar lebih panas sepanjang 2022 dari yang diperkirakan sebulan lalu, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang dapat menekan Bank Sentral Eropa untuk memperketat kebijakan begitu gelombang pandemi Omicron berlalu. Sementara Bank of Japan dikabarkan menaikkan perkiraan inflasi meski mereka mengatakan tidak akan terburu-buru untuk mengubah kebijakan moneter ultra-longgar.
Harga minyak sendiri naik ke level tertinggi sejak 2014 karena investor khawatir tentang ketegangan politik global memperburuk prospek pasokan yang sudah ketat.