ESANDAR, Jakarta – Aktivitas pabrikan China kembali mengalami kontraksi untuk keempat bulan ini. Dalam sebuah jajak pendapat Reuters pada hari Kamis (28/03), dikatakan bahwa kondisi ekonomi China masih kehilangan tenaga. Hal ini menambah kekhawatiran tentang goyahnya pertumbuhan global dikalangan investor.
Proyeksi ini menyusul penurunan tajam dalam keuntungan industri yang dalam posisi terendah pada 7 tahun ini. Hasil ini menggarisbawahi perlunya stimulus yang lebih banyak. Beijing tengah berjuang untuk memperbaiki ekonomi dan mengakhiri perang dagang dengan Amerika Serikat.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) diperkirakan naik sedikit 49.5 dari 49.2 pada bukan Februari, tetapi masih di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi secara bulanan, menurut perkiraan median 24 ekonom.
Faktor musiman kemungkinan mendorong kenaikan dalam ukuran pabrik pada bulan Maret karena pabrik meningkatkan aktivitas setelah liburan panjang Tahun Baru Imlek pada bulan Februari, kata para analis. Beberapa pabrik baja juga mulai meningkatkan produksi karena pembatasan kabut asap musim dingin berakhir.
Namun demikian pelemahan masih terjadi, investor dan pembuat kebijakan cenderung untuk fokus pada apakah ada perbaikan dalam pesanan domestik dalam menanggapi serangkaian langkah-langkah meningkatkan pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir.
Regulator telah dengan cepat meningkatkan investasi infrastruktur, tetapi konstruksi baru mulai meningkat dengan kembalinya cuaca yang lebih hangat.
Pesanan ekspor kemungkinan akan tetap lemah, karena tetangga berorientasi perdagangan China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan semuanya telah melihat tanda-tanda lebih lanjut dari penurunan permintaan, baik di Tiongkok maupun di tempat lain.
Tarif tit-for-tat yang diberlakukan oleh Washington dan Beijing tetap berlaku saat mereka melanjutkan negosiasi. Tetapi delapan bulan dalam perang dagang yang telah mengganggu aliran barang miliaran dolar antara dua ekonomi terbesar dunia, tidak jelas apakah kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak dapat dilakukan.
Pejabat AS mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu kemarin bahwa Amerika Serikat dan China telah membuat kemajuan di semua bidang yang dibahas dalam pembicaraan perdagangan, dengan gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai masalah sensitif transfer teknologi secara paksa.
Awal bulan ini, PM China Li Keqiang mengumumkan lebih banyak pengeluaran untuk jalan, kereta api dan pelabuhan, bersama dengan pemotongan pajak hampir 2 triliun yuan ($ 297,27 miliar) untuk mengurangi tekanan pada neraca perusahaan yang tegang dan membatasi kehilangan pekerjaan. Meski begitu, baik analis dan pejabat telah mencatat langkah-langkah akan memakan waktu untuk dirasakan.
Beijing menargetkan pertumbuhan ekonomi antara 6.0-6.5 persen tahun ini. Pertumbuhan tahun lalu mendingin menjadi 6.6 persen, paling lambat dalam 28 tahun. (Lukman Hqeem)