Bursa saham Amerika serikat naik tajam oleh kesepakatan baru AS - Meksiko.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS kembali turun pada hari Rabu karena pelaku pasar menjadi semakin gugup atas friksi perdagangan antara AS dan beberapa mitra utamanya. Kecemasan perdagangan terus menekan bursa saham global, karena investor menunggu kelanjutan perang Dagang ini.

AS dan Kanada gagal mendapatkan perjanjian baru pada Jumat lalu, untuk mengganti perjanjian NAFTA. Ini berarti bahwa pembicaraan yang diperpanjang kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang, bahkan bisa berminggu-minggu lagi.

Sementara itu, pasar saham di China dan AS tetap dalam tekanan setelah laporan dari Bloomberg pekan lalu mengungkapkan bahwa pemerintah AS sedang siaga untuk memberikan pungutan tambahan atas barang-barang Cina senilai $ 200 miliar sesegera minggu ini. Trump juga menambahkan ketidakpastian posisi masa depan AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengatakan kepada Bloomberg bahwa jika organisasi tidak “memperbaiki,” dia akan mempertimbangkan untuk menarik diri dari WTO.

Hangseng anjlok hingga 2 % menyusul pelemahan bursa saham dan mata uang negara berkembang. Afrika Selatan dikabarkan telah menginjakkan kakinya ke periode resesi. PDB-nya turun 0,7% pada kuartal kedua 2018, menandakan kelesuan ekonomi untuk dua kuartal berturut-turut dalam setahun.

Nikkei turun dimana sejumlah saham ekspor memimpin penurunan khususnya automotif disebabkan kekhawatiran atas dampak topan pada operasional mereka. Saham Toyota turun 0.77 %, sementara Nissan turun 1.01 %. Anjloknya bursa saham dan mata uang negara berkembang yang menjadi sumber utama dari kecemasan pasar global baru-baru ini, juga turut menekan Nikkei.

Kospi ditutup lebih rendah lebih dari 1 % dimana saham Samsung Electronics merosot 2.2 %. Tekanan terjadi dari penurunan bursa saham Asia dan naiknya dollar AS sebagai “safe-haven” hingga mendekati level tertinggi dalam dua minggu. Meningkatnya kekhawatiran atas konflik perdagangan internasional dan kelemahan pasar yang muncul menahan minat investor untuk membeli aset berisiko. (Lukman Hqeem)