Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Gubernur Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa bank sentral Jepang harus melanjutkan kebijakan moneter longgar yang akomodatif dalam beberapa waktu demi memenuhi target inflasi 2 %.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC yang diterbitkan pada hari Senin (23/04), Kuroda mengatakan anggota dewan kebijakan berharap untuk memenuhi target inflasi di tahun fiskal 2019 tetapi sejumlah resiko masih menjadi hambatan.

“Untuk mencapai target inflasi 2 persen, saya pikir Bank of Japan harus melanjutkan kebijakan moneter akomodatif yang sangat kuat untuk beberapa waktu,” kata Kuroda dalam wawancara pada akhir pekan di sela-sela pertemuan tahunan musim semi IMF di Washington. Kuroda mengulangi pandangannya bahwa ekonomi Jepang berkinerja baik tetapi inflasi harga konsumen yang lambat masih sulit untuk berakselerasi.

Para ekonom memprediksi BoJ akan mempertahankan suku bunga jangka pendeknya minus 0.1 persen dan target imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun sekitar nol persen pada pertemuan tanggal 26-27 April.

Sementara itu, aktivitas pabrikan Jepang meningkat pada bulan April dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan aktifitas ini sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Jepang sebagaimana telah diperkirakan bisa berjalan lebih baik, setelah dikwartal pertama mengalami pelemahan.

Indek Manufaktur Jepang menunjukkan kenaikan dilevel 53.3 pada bulan April dari 53.1 akhir di bulan sebelumnya. Indeks tetap di atas 50 ambang batas yang memisahkan ekspansi dari kontraksi untuk 20 bulan secara berturut-turut dan naik untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Disisi lain, jajak pendapat swasta menunjukkan pesanan ekspor turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu setengah tahun. Pasalnya, penguatan Yen atas Dolar AS membuat importer merasa tidak nyaman.

Joe Hayes dari HIS Markit mengatakan bahwa meski pesanan ekspor menurun, namun kenaikan dalam arus masuk bisnis baru menandakan adanya kenaikan permintaan domestik yang menguat. Sebagaimana terlihat dari total pesanan baru. Indeks total pesanan baru naik ke 53.5 dari 53,1 akhir pada bulan sebelumnya, tetapi pesanan ekspor menyusut sedikit, kontraksi permintaan eksternal sejak Agustus 2016.

Yen telah meningkat sekitar 4 % terhadap dollar sejak awal tahun, dan beberapa ekonom telah menyatakan keprihatinan bahwa ekspor Jepang bisa melemah jika yen naik lebih lanjut karena ini mendorong harga ekspor.

Perekonomian Jepang diperkirakan hanya tumbuh 0.5 % pada kuartal pertama karena belanja konsumen dan output pabrik melemah, menurut jajak pendapat Reuters. Itu akan menjadi pelambatan yang ditandai dari 1.6 % pertumbuhan tahunan di kuartal keempat.

Sebagian besar ekonom percaya kelemahan pada kuartal pertama akan bersifat sementara, tetapi nilai yen dan setiap peningkatan friksi perdagangan dengan Amerika Serikat menimbulkan risiko terhadap prospek. (Lukman Hqeem)