ESANDAR, Jakarta – Dow Jones ditutup menguat pada perdagangan Senin (05/12/2017). Sejumlah investor tersenyum puas dengan perkembangan rancangan undang-undang perpajakan AS versi Senat akhir pekan kemarin.
Perkembangan ini menghalau kegalauan mereka akan masa depan reformasi perpajakan AS. Meski demikian, bursa saham Nasdaq dan S&P tidak semujur Dow Jones. Mereka ditutup minus setelah sejumlah emiten teknologi mengalami penurunan harga sahamnya.
Indek Dow Jones berakhir naik 58,46 poin atau 0,2% ke 24.290,05. Sementara Indek S&P 500 yang sempat diperdagangkan naik sepanjang sesi perdagangan, namun tragis dengan ditutup minus 2,78 poin atau 0,1%, ke 2.639,44. Indek Nasdaq juga turun 72,22 poin atau 1,1%, ke 6.775,37, menjelang penutupan, jatuhnya indek makin dalam. Indek Russell 2000 yang mengukur emiten perusahaan-perusahaan kecim, turun 0.3% ke 1,532.41 setelah ditengah sesi memecah rekor kenaikannya.
Sektor keuangan menjadi penggerak kenaikan indek Dow Jones dimana mereka mampu mencetak posisi tertinggi dalam 10 tahun ini. Sektor ini mampu mengukir kenaikan dalam lima sesi perdagangan terakhir ini. Saham Bank of America Corp. memimpin kenaikan dengan naik 3.4% disusul JPMorgan Chase & Co. yang naik 2.1%.
Sebaliknya, saham-saham sektor teknologi kembali melanjutkan penurunannya. Termasuk saham Apple Inc. yang turun 0.7% sementara saham Facebook Inc. jatuh 2.1%, Microsoft Corp. terselip 3.8% dan Alphabet Inc. yang merupakan induk usaha Google juga jatuh 1.3%. Saham nama-nama besar didunia internet anjlok juga, saham Amazon.com jatuh 2.4%, dan Netflix turun 1.5%.
Saham-saham yang mendapat perhatian besar investor, Facebook, Amazon, Netflix, dan Alphabet yang kini dijuluki “FAANG”, merupakan saham-saham pemimpin utama kenaikan indek bursa sepanjang tahun ini.
Pada perdagangan di lantai bursa Asia, berakhir beragam pula. Indek Hang Seng Hong Kong berakhir naik, meski negatif dalam beberapa perdagangan terakhir. Indek Nikkei sayangnya berakhir negatif. Bursa saham Eropa menguat dimana Indek DAX 30 Jerman naik cukup tajam paling tinggi dibulan ini. Kenaikan indek ini atas kemajuan dari rancangan undang-undang perpajakan.
Harga minyak mentah dalam perdagangan komoditi mengalami penurunan lebih dari 1% sementara harga emas juga turun. Jatuhnya harga komoditi lebih banyak dipengaruhi oleh menguatnya Dolar AS, dimana Indek Dolar AS naik 0,3%.
Sementara itu, indikator ekonomi AS terkini menunjukkan permintaan pabrikan AS menurun 0,1% dibulan Oktober. Penurunan terjadi karena sedikit sekali permintaan bagi pesawat terbang, mobil dan truk, demikian paparan pemerintah AS dihari Senin.
Pada minggu ini investor akan mendapati sejumlah data ekonomi besar yang penting. Termasuk diantaranya laporan pengupahan pekerja non pertanian (nonfarm payroll) pada Jumat nanti.
Dengan hasil perdagangan yang demikian, diperkirakan bursa saham Asia pada pagi ini akan mengikuti hasil perdagangan di lantai bursa AS. Indek Hang Seng diperkirakan akan naik dengan dukungan kenaikan saham-saham disektor perbankan dan perdagangan. Sementara Indek Nikkei dan Kospi masih akan menurun dengan jatuhnya sejumlah saham unggulan sektor teknologi dan manufaktur.
Menguatnya Dolar AS akan membuat sektor eksportir berpeluang naik. Tentu saja kenaikan yang terjadi akan membatasi jatuhnya indek saham lebih dalam. (Lukman Hqeem)