Bursa saham melemah, tertekan oleh hasil rugi di Wall Street.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Investor asia kembali percaya diri dalam perdagangan hari Rabu (07/02/2018). Setelah terseret arus perdagangan Wall Street, hari ini bursa saham Asia kembali naik.

Pijakan kenaikan ini tak lepas dari hasil positif perdagangan di Wall Street pula. Bursa Asia menguat dimana Indeks saham Asia Pasifik terbesar MSCI di luar Jepang naik 1,7 persen, menutup beberapa penurunan 3,5 persen pada hari Selasa. Itu merupakan penurunan harian terbesar sejak Agustus 2015. Saham blue chip Cina menguat 1,2 persen dan indeks Nikkei Jepang rebound 3,1 persen.

Tekanan jual oleh dana leverage sepertinya telah berjalan sesuai jalurnya sementara ini. Sehingga volatilitas mereda sedikit, meskipun prospek pengetatan moneter di seluruh dunia tetap menjadi tantangan untuk jangka panjang. Dengan tingkat suku bunga yang akan meningkat di negara-negara Atlantik dalam beberapa bulan mendatang, di sinilah nanti mungkin akan melihat kegugupan lebih lanjut.

Biasanya, bahkan di pasar dengan tren naik, investor harus mengharapkan aksi jual sebesar 10 persen lebih di beberapa titik. Latar belakang ekonomi global yang membaik, pelemahan dolar AS dan kenaikan pendapatan global semua tetap merupakan faktor pendukung.

Investor mengambil ini sebagai sinyal mereka dari kenaikan akhir di Wall Street, meskipun banyak yang memiliki rasa cemas dimana Indek saham S & P 500 turun 0,3 persen di perdagangan Asia. Dow Jones sendiri telah berakhir naik 2,33 persen pada perdagangan hari Selasa, sementara Indek saham S&P 500 naik 1,74 % dan Indek Nasdaq 2,13 %. Indek Dow Jones mengukir kisaran perdagangan 1.100 poin.

Perdagangan untuk Obligasi juga bergerak liar, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang jatuh sejauh 2,65 persen sebelum aksi jual menyeret mereka kembali ke 2,80 persen. Dengan kisaran perdagangan semacam ini, sebetulnya jarang terlihat. Disisi lain, terjadinya putaran balik pada perdagangan obligasi menjadi petunjuk awal bahwa risk appetite mungkin akan kembali, namun berpotensi memicu spekulasi penjualan lainnya di pasar saham. (Lukman Hqeem)