ESANDAR, Jakarta – Beberapa pendapat sebelumnya menyatakan bahwa jika perundingan BREXIT gagal maka Inggris akan menderita banyak kerugian. Kini Inggris membalas, Uni Eropa juga akan merugi jika mereka tidak bersepakat.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh Oxford Economics, Uni Eropa bisa kehilangan kesempatan ekonomis senilai €112 milyar atau setara dengan £99,5 milyar di masa mendatang. Meskipun Inggris akan menjadi pecundang terbesar dan tersingkir dari pasar tunggal Eropa dan bea cukainya tanpa ada kesepakatan perdagangan yang baru maka biaya ekonomi Inggris akan hilang sekitar £125 juta pada 2020, namun Uni Eropa juga akan mengalami pukulan ekonomi yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Analisis Oxford Economics tersebut menguraikan implikasi negatif Brexit untuk ekonomi Eropa karena para menteri sedang mempersiapkan negosiasi kompleks dengan Brussels mengenai hubungan dagang Inggris di masa depan dengan Uni Eropa. Meski fokus sejauh ini berdampak pada Inggris, laporan tersebut menunjukkan risiko bagi kedua belah pihak jika Inggris kembali melakukan perdagangan dengan memakai peraturan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.
Hasilnya bahwa akan menimbulkan biaya yang lebih besar di mana perdagangan tarif perdagangan membesar dan pergerakan barang lintas batas yang lebih lambat. Menurut peneliti asal Inggris tersebut bahwa dampak langsung untuk Uni Eropa adalah akan ada ekspor dan impor yang lebih rendah dengan Inggris dengan potensi kehilangan kesempatan ekonomi sekitar €50 milyar seandainya peraturan WTO diberlakukan oleh Inggris.
Jumlah tersebut akan meningkat menjadi €112 milyar jika perusahaan Eropa yang turun dalam rantai pasokan perusahaan yang secara langsung terlibat dalam perdagangan dengan Inggris yang juga berakibat bisa mengurangi aktivitasnya di masa mendatang.
Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa Jerman akan alami dampak terbesar pada guncangan rantai pasokan karena perusahaan-perusahaan Jerman menyumbang sekitar 1 dari 10 barang yang digunakan oleh perusahaan Eropa dalam proses produksinya, seperti contohnya bahwa industri motor Eropa yang berorientasi ekspor ke Inggris akan menggerus sektor otomotif Jerman sekitar 18% yang akan kehilangan potensi ekonominya.
Kejutan besar adalah akan melanda Republik Irlandia, karena peran Inggris yang cukup besar dalam pasar impor dan ekspornya. Perkiraan tersebut merupakan upaya terakhir para ekonom untuk mengukur dampak potensial Brexit, yang sering kali disertai hasil yang beragam. Para ekonomi biasanya membuat berbagai tingkat asumsi masa depan dengan variabel yang berbeda dan sering terbukti salah.
Ekonom pro-Brexit Patrick Minford mengatakan bahwa Inggris akan memperoleh keuntungan £640 juta dari Uni Eropa dan juga menyatakan dengan argumen kuat bahwa Uni Eropa juga akan kehilangan kerugian ekonomi sekitar £500 milyar. Para menteri dari Inggris sejauh ini telah menunjukan sikap optimisme mengenai kemungkinan untuk mengamankan kesepakatan perdagangan yang mengatur barang dan jasa. Berbeda dengan sikap tegas Uni Eropa yang belum menunjukkan itikad persetujuannya terhadap kesepakatan perdagangan tersebut. (Lukman Hqeem)