ESANDAR, Jakarta – Indek Harga Konsumen Amerika Serikat jatuh pada bulan Maret karena penurunan langka dalam harga bensin, tetapi inflasi yang mendasari menunjukkan tanda-tanda meningkat.
Indeks harga konsumen (IHK), mencerminkan apa yang dibayar warga Amerika Serikat untuk semuanya dari perumahan hingga perawatan gigi, turun 0.1% dari bulan sebelumnya, penurunan pertama sejak Mei 2017, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mengatakannya pada hari Rabu (11/04).
Penurunan sepenuhnya karena penurunan sementara harga bensin. Tidak termasuk energi dan makanan, harga konsumen naik 0.2%, memperpanjang tren pertumbuhan yang stabil. Biaya perumahan, perawatan medis dan makanan semuanya naik.
Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan tidak ada perubahan dalam harga keseluruhan selama sebulan dan kenaikan 0.2% dalam harga inti.
Laporan menunjukkan inflasi, setelah tertidur banyak tahun lalu, sekali lagi naik perlahan tapi pasti menuju tujuan Federal Reserve. Selama setahun terakhir, harga konsumen naik 2.4%, dan harga inti naik 2.1%. Itu adalah perolehan tahunan terkuat dalam setahun.
Sehari sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS wilayah Dallas, Robert Kaplan menyatakan bahwa The Federal Reserve harus lebih bersabar dalam hal menaikkan suku bunga. Lebih jauh dikatakan olehnya bahwa kenaikan tersebut harus dilakukan secara bertahap dengan dukungan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang disyaratkan.
Robert Kaplan memperkirakan bahwa perekonomian Amerika Serikat bisa tumbuh 2.5 hingga 2.75 % pada tahun ini. Sementara tingkat pengangguran AS bisa turun dan menjadi lebih rendah. Oleh sebab itu, menurutnya target inflasi sebesar 2% akan bisa dicapai secara bertahap.
Diakui olehnya, bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan akan menjadi sedikit lebih lemah. Bahkan setidaknya akan mengalami penurunan menjadi 1.75 % pada tahun 2020, kata Kaplan ketika melakukan kunjungan ke Beijing. (Lukman Hqeem)