ESANDAR, Jakarta – Banyak pihak ternyata masih menghawatirkan kondisi ekonomi AS saat ini. Sebagaimana dalam perkiraan, sejak awal tahun hingga bulan April ini ekonomi AS masih saja mengkhawatirkan. Keyakinan ini terbit setelah muncul sinyal perlambatan ekonomi dari indikator ekonomi terkini.
Sebagaimana hasil jajak pendapat yang dilakukan University of Michigan tentang sentiment konsumen bulan ini. Hasilnya Indek sentimen konsumen merosot ke 96,9 pada awal April dari 98,4 pada bulan Maret, demikian paparan University of Michigan pada hari Jumat (12/04). Sementara ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memperkirakan indek sentiment konsumen sebesar 97,5. Angka saat ini sedikit di bawah level tahun lalu. Sentimen tahun lalu mencapai ketinggian 14 tahun di 101,4.
Para konsumen nampaknya mengeluh tentang kenaikan harga rumah dan mobil baru serta truk. Ini sebagai konsekuensi dari pemotongan pajak Trump yang telah memudar setelah pandangan yang lebih menguntungkan setahun sebelumnya. Pun demikian, masyarakat AS masih berbesar hati dengan meningkatnya pendapatan mereka yang meningkat pada laju tercepat dalam hampir satu dekade disaat laju inflasi stabil.
Secara garis besar, perekonomian AS tampaknya bergerak ke samping sekarang setelah penurunan pertumbuhan awal tahun. Namun sebagian besar ekonom memperkirakan bahwa pasar tenaga kerja yang kuat akan memicu lebih banyak belanja konsumen di musim semi dan memacu AS untuk tumbuh agak lebih cepat. Sentimen konsumen berkurang, tetapi masih pada tingkat tinggi dan mengisyaratkan pengeluaran konsumen akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
Menyikapi data tersebut, Indek Dow Jones dan S&P 500 naik dalam perdagangan di bursa pada hari Jumat. Investor tampak lebih optimis tentang kemungkinan kesepakatan perdagangan AS dengan China dan ekonomi China yang membaik.
Sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10-tahun naik menjadi 2,54%. Imbal hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun lalu, ketika mereka mencapai tertinggi tujuh tahun 3,23%. (Lukman Hqeem)