ESANDAR, Jakarta – Harga minyak pada hari Jumat tergelincir dari level tertinggi Desember 2014 yang dicapai pada hari Kamis. Melemahnya harga minyak akibat aksi jual menyusul berita impor minyak mentah Cina menurun dibulan lalu.
Data impor minyak Cina pada Desember lalu turun menjadi 33,7 juta ton atau setara dengan 7,97 juta bph, atau turun dari periode sebelumnya yang mencapai 37,04 juta ton. Sedang ekspor produk minyak Cina bulan Desember mencapai rekor 6,17 juta ton, karena kilang Cina menghasilkan lebih banyak bahan bakar daripada yang bisa di serap Cina.
Hal ini membuat margin keuntungan kilang di Singapura menjadi di bawah $6 per barel bulan ini, angka margin laba terburuk sejak 6 tahun silam. Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,49 atau 0,77% di level $63,31 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,28 atau 0,42% di harga $68,97 per barel.
Sebelumnya, telah ada peringatan akan resiko koreksi harga minyak. Pun demikian, kondisi pasar minyak secara keseluruhan tetap kuat, terutama karena pemotongan produksi yang terus berlanjut yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia.
Disisi lain, sentiment positif bagi harga minyak dipicu informasi bahwa Presiden Donald Trump akan memberi hukuman kepada Iran. Seperti kita ketahui bahwa baru 2 tahun ini Iran diberi kelonggaran untuk melakukan ekspor minyaknya setelah di embargo oleh dunia selama beberapa tahun akibat dari pengembangan nuklirnya. Bila diberi sanksi lagi, maka pasokan minyak dunia akan goyah lagi.
Sebelumnya harga minyak masih di level 3 tahun tertingginya setelah Energy Information Administration dalam laporan mingguannya menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 4,9 juta barel. Dan juga menyatakan bahwa produksi minyak AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan 290 ribu bph menjadi total produksi 9,49 juta bph. Kapasitas penggunaan penyulingan juga mengalami penurunan 1,4% menjadi total kapasitas terpasang 95,3%.
Dapat dipahami bahwa secara umum produksi minyak eksplorasi maupun produksi penyulingannya mengalami penurunan dan permintaan juga tidak terlalu besar karena kondisi cuaca dingin yang ekstrem. Sebelumnya, EIA dalam laporan bulanannya telah menaikkan perkiraan harga minyak WTI untuk tahun ini menjadi $55,33 per barel dan minyak Brent menjadi $59,74 per barel.
Pekan ini, OPEC juga dilaporkan bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu. Namun produksi minyak OPEC mengalami kenaikan sebesar 50 ribu bph sehingga total menjadi 32,40 juta bph, sedikit di bawah target komitmen 32,50 juta bph.
Presiden OPEC yang sekaligus Menteri Minyak Uni Emirat Arab, Suhail al-Mazrouei menyatakan bahwa 2018 ini kondisi antara penawaran dengan permintaan minyak dunia akan mencapai keseimbangannya berkat komitmen pembatasan pasokan minyak dari OPEC dan 11 negara non-OPEC hingga akhir tahun ini.
Secara teknis, harga minyak mentah masih beresiko untuk terkoreksi. Tren jangka menengah cenderung naik, dimana aksi koreksi akan muncul ditengah sesi perdagangan. Level support kenaikan harga diatas $61.85 pbl. Kenaikan harga minyak mentah adalah mencoba menembus level resistensi di harga $65 per barel . (Lukman Hqeem)