Dolar melemah bersama dengan penurunan imbal hasil obligasi AS pada perdagangan di hari Selasa (23/08/2022) karena data ekonomi terkini menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat lebih dari harapan awal. Ini bisa membuat Federal Reserve mundur atau setidaknya bersikap lebih lunak terkait dengan kenaikan suku bunga yang agresif pada simposium perbankan di Jackson Hole pada hari Jumat ini. Tetapi kemudian imbal hasil berhasil naik kembali dan saham turun karena nada hawkish Fed tetap memegang pengaruh yang lebih besar.
Pada perdagangan komoditi, pelemahan Dolar AS dimanfaatkan oleh emas dengan menghentikan penurunan beruntun selama enam sesi perdagangan terakhir sementara harga minyak naik hampir 4% setelah Arab Saudi melayangkan gagasan pengurangan produksi bagi OPEC+.
Sementara data penjualan baru rumah keluarga tunggal AS dikabarkan jatuh ke level terendah 6-1/2 tahun pada bulan Juli sementara survei dari S&P Global menunjukkan ukuran aktivitas bisnis sektor swasta turun ke level terendah 27-bulan, menunjukkan upaya Fed untuk menjinakkan inflasi berhasil. Hal ini seakan memperkuat pandangan yang secara luas diikuti pasar bahwa asset berisiko memiliki prospek yang lebih baik sepanjang musim panas ini setelah inflasi diperkirakan akan mulai mendingin.
The Fed sendiri diperkirakan dapat mengubah pandangan pasar secara signifikan dengan mengubah proyeksinya ketika para pembuat kebijakan tersebut bertemu di Jackson Hole, Wyoming. Sejauh ini, The Fed telah cukup konsisten dalam mencoba terdengar hawkish sebisa mungkin. Alih-alih melawan The Fed, pasar nampaknya setuju dengan pandangan The Fed.
Perekonomian AS bersiap dengan kejutan dari potensi kenaikan harga energi lainnya di musim dingin, dimana harga gas alam dapat mencapai puncak tertinggi sejak 2008. Disaat penurunan permintaan, kejutan negatif besar lainnya tampaknya mungkin terjadi dan resesi juga lebih mungkin terjadi antara sekarang dan pertengahan 2023, jika belum terjadi.
Indek Dow Jones turun 0,37%, S&P 500 tutun 0,03% dan Nasdaq naik 0,29%. Indek dolar AS sendiri turun 0,358% karena euro rebound, naik 0,19% menjadi $0,996 dan yield Obkligasi AS tenor 10-tahun naik 1,3 basis poin menjadi 3,048%.
Sebelumnya Euro jatuh ke posisi terendah baru dalam dua dekade ini setelah data menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di zona euro mengalami kontraksi untuk pada bulan Agustus. Ini merupakan kontraksi beruntun dalam dua bulan berturut-turut karena perang Rusia – Ukraina diperkirakan akan memastikan prospek ekonomi Eropa tetap suram. Yuan China melemah ke level terendah dua tahun dan sterling sempat menyentuh level terlemahnya sejak Maret 2020 menguntungkan dolar.
Sementara indek gabungan PMI dari S&P atas aktivitas bisnis di Eropa tidak seburuk yang ditakuti, analis mengatakan berita yang lebih suram untuk ekonomi kemungkinan mengingat bagaimana harga gas melonjak ke rekor tertinggi menjelang musim dingin.
Indeks saham global MSCI turun 0,14%, sedangkan indeks STOXX Eropa ditutup turun 0,42%, setelah jatuh selama hampir seminggu.
Harga gas di Uni Eropa melonjak 13% semalam ke rekor puncak, setelah dua kali lipat hanya dalam sebulan menjadi 14 kali lebih tinggi dari rata-rata dekade terakhir. Eropa bersiap untuk gangguan baru dalam pasokan energi dari Rusia. Perang Rusia – Ukraina belum diyakini akan segera berakhir, dimana hal itu akan menjadi katalis untuk reli di pasar dan menjaga tekanan harga energi dan membuat Euro turun.
Saham mulai pulih pada taruhan Fed akan berputar tahun depan menjauh dari jalur kenaikan suku bunga. Mereka melihat apakah The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 atau 75 basis poin bulan depan. Probabilitas kenaikan 75 basis poin berbalik menjadi 52,5% dan kenaikan yang lebih kecil sekarang menjadi 47,5%.
Bursa saham Asia turun untuk sesi ketujuh berturut-turut pada hari Selasa setelah lonjakan baru harga energi Eropa memicu kekhawatiran resesi dan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi, sementara mengarahkan euro ke posisi terendah 20 tahun.
Kegelisahan atas ekonomi China terus merembes karena penurunan suku bunga pinjaman China dan pembicaraan tentang putaran baru pinjaman resmi kepada pengembang properti menggarisbawahi tekanan di sektor ini. Indek saham unggulan China turun 0,5%, sementara yuan jatuh ke level terendah hampir dua tahun. Indek Nikkei 225 turun 1,2% setelah survei PMI menunjukkan aktivitas pabrikan di Jepang melambat ke level terendah dalam 19-bulan pada bulan Agustus.
Harga minyak mentah naik setelah Arab Saudi memperingatkan bahwa aliansi produsen OPEC+ dapat memangkas produksi. Minyak mentah AS di bursa berjangka naik $3,38 menjadi menetap di $93,74 per barel dan Brent menetap naik $3,74 pada $100,22. Sementara harga emas naik 0,7% ke $1,761.20.