ESANDAR, Jakarta – Harga minyak naik dalam perdagangan hari Selasa (29/01). Kenaikan oleh keputusan AS yang menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak milik negara Venezuela, Petróleos de Venezuela SA.
Sehari sebelumnya, harga minyak turun ke posisi terendah dalam dua minggu, ini merupakan penurunan terdalam di tahun ini. Harga mulai berbalik setelah perdagangan berakhir, dimana
Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan minyak Venezuela.
Sanksi ini meningkatkan risiko gangguan terhadap pasokan minyak dari negara di Amerika Selatan ini. Venezuela merupakan rumah bagi cadangan minyak terbesar di dunia.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Maret naik $ 1,32, atau 2,5%, ke $ 53,31 per barel. Kontrak telah turun 3,2%, berakhir di $ 51,99 pada bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Maret ditutup naik $ 1,39, atau 2,3%, ke $ 61,32 per barel. Harga juga telah 2,8% ke $ 59,93 di ICE Futures Europe.
Harga berakhir dengan menutup sebagian besar kerugian dari sesi sebelumnya, ketika kontrak WTI dan Brent berakhir Senin pada level terendah sejak 14 Januari, menurut data FactSet.
Tindakan AS kepada Venezuela ini berdampak pada pasar-global. Sanksi itu akan memberikan pukulan yang berarti bagi arus kas pemerintah Maduro, tetapi efeknya tidak akan sekeras yang diperkirakan Amerika Serikat. Dimana sanksi tersebut hanya akan menimbulkan kerugian sekitar $ 11 miliar bagi arus ekspor Venezuela pada tahun berikutnya, tetapi angka bisa jadi akan jauh lebih rendah.
Pasalnya, Venezuela tentu akan mengalihkan minyak ke negara lain dan dijual dengan harga lebih murah. Bagi negara-negara seperti Cina dan India, kabar kemarin tentu mirip dengan cerita Black Monday. Dimana mereka akan dapat membeli minyak dalam volume dan diskon harga besar dan diskon besar.
Disisi lain, ketegangan dalam perang dagang AS – China terus berlanjut. Bahkan mengancam pada perdagangan energi, sehingga menambah khawatir akan datangnya perlambatan permintaan energi.
China memicu proses hukum kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk melakukan dengar pendapat terhadap tarif AS yang dikenakan pada $ 234 miliar barang, demikian menurut laporan dari Reuters minggu ini. Ketegangan meningkat ditengah upaya perundingan antara pejabat senior dari kedua negara dalam minggu ini di Washington.
Dalam berita lainnya, Arab Saudi berencana untuk memompa hanya sekitar 10,1 juta barel minyak per hari di bulan Februari. Produksi ini tentu jauh di bawah batas sukarela negara tersebut sebesar 10,33 juta barel per hari, kata menteri energi Saudi Khalid al-Falih dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television. (Lukman Hqeem)