Harga minyak merosot tajam mendekati $76,75 oleh prospek perlambatan ekonomi global. Bank-bank sentral Barat diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk melunakkan inflasi yang berderap. Sementara indek PMI global yang beragam akan memaksa analis untuk merevisi turun permintaan minyak.
West Texas Intermediate (WTI), berjangka di NYMEX, telah menunjukkan penurunan tegak lurus di bawah $77,00 di awal sesi perdagangan Eropa hari ini. Harga minyak telah merasakan tekanan besar setelah rilis angka PMI (Purchasing Managers Index) global beragam dan mempercepat kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral Barat.
Langkah pemulihan dalam Indeks Dolar AS (DXY) juga sangat membebani harga minyak. Indeks USD telah mencapai dekat 101,85 setelah langkah pemulihan karena angka IMP S&P Amerika Serikat yang optimis telah memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps) berturut-turut dari Federal Reserve (Fed).
Data PMI global hari Jumat menunjukkan bahwa ekonomi AS pulih dengan kuat karena angkanya mengalahkan perkiraan dengan kuat. Di benua bersama dan ekonomi Inggris Raya, IMP Manufaktur turun tajam dan memicu kekhawatiran penurunan permintaan minyak ke depan. Terlepas dari kekhawatiran perlambatan, bank sentral dari masing-masing ekonomi terikat untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menahan inflasi yang membandel.
Bank of England (BoE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut sebesar 25 bps menjadi 4,5% dan Bank Sentral Eropa (ECB) akan mengikuti jalur yang sama dan akan mendorong suku bunga menjadi 3,75%. Ini dapat berdampak pada perkiraan permintaan minyak lebih lanjut.