ESANDAR – Harga minyak melanjutkan penurunannya pada perdagangan di hari Senin (13/05/2024) pada sesi Asia di tengah tanda-tanda lemahnya permintaan bahan bakar dan komentar dari pejabat Federal Reserve AS yang mengurangi harapan penurunan suku bunga, yang dapat memperlambat pertumbuhan dan menghambat penggunaan energi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Pelaku pasar minyak nampak mengabaikan dampak konflik Timur Tengah dan kembali mengalihkan perhatian mereka ke prospek ekonomi dunia. Disisi lain, data ekonomi terkini menunjukkan bahwa indek harga produsen (PPI) Cina mengalami kontraksi pada bulan April, menunjukkan bahwa permintaan bisnis masih lesu, katanya, seraya menambahkan bahwa data ekonomi AS baru-baru ini juga mengisyaratkan perlambatan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 7 sen, atau 0,1%, menjadi $82,72 per barel pada 13:24 WIB, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di $78,21 per barel, turun 5 sen. Kedua harga minyak tersebut ditutup lebih rendah sekitar $1 pada hari Jumat ketika pejabat Fed memperdebatkan apakah suku bunga AS cukup tinggi untuk membawa inflasi kembali ke 2%, mengimbangi kenaikan awal pekan lalu karena kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik Israel-Gaza.
Diyakini penulis bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga kebijakannya pada tingkat saat ini lebih lama, sehingga berpotensi mendukung penguatan pada dolar AS. Ini yang akan membuat harga minyak bagi kalangan investor yang berasal dari negara dalam mata uang non dolar, menjadi lebih mahal.
Sentimen turunnya harga minyak juga didorong oleh adanya tanda-tanda melemahnya permintaan, karena persediaan bensin dan sulingan AS meningkat dalam seminggu menjelang dimulainya musim mengemudi di AS. Perusahaan-perusahaan penyulingan global sedang berjuang menghadapi merosotnya keuntungan solar karena kilang-kilang baru meningkatkan pasokan dan karena cuaca yang sejuk di belahan bumi utara serta lambatnya aktivitas ekonomi mengurangi permintaan.
Namun, harapan bagi kenaikan harga lebih lanjut tetap didukung oleh ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dapat memperpanjang pengurangan pasokan hingga paruh kedua tahun ini. Irak, produsen OPEC terbesar kedua, berkomitmen terhadap pengurangan produksi minyak secara sukarela yang disetujui oleh OPEC dan ingin bekerja sama dengan negara-negara anggota dalam upaya mencapai stabilitas lebih di pasar minyak global, kata menteri perminyakan Irak kepada kantor berita negara pada hari Minggu.
Komentar menteri tersebut menyusul pernyataannya pada hari Sabtu bahwa Irak telah melakukan pengurangan produksi secara sukarela dan tidak akan menyetujui pengurangan tambahan apa pun yang diusulkan oleh kelompok produsen OPEC+ pada pertemuannya di awal Juni. Awal bulan ini, OPEC+ mengecam Irak karena telah melebihi kuota produksinya secara kumulatif sebesar 602.000 barel per hari dalam tiga bulan pertama tahun 2024. Kelompok tersebut mengatakan bahwa Baghdad telah setuju untuk memberikan kompensasi dengan pengurangan produksi tambahan selama sisa tahun ini.
Irak telah gagal melakukan pemotongan sukarela tambahan sejak awal tahun ini sehingga kemauan dan kemampuan Irak untuk melakukan pemotongan lebih banyak kemungkinan terbatas. Kemungkinan akan ada peningkatan kebisingan menjelang pertemuan Komite Pemantau Bersama Kementerian (JMMC) berikutnya pada 1 Juni ini.
Di AS, jumlah rig minyak turun tiga menjadi 496 pada minggu lalu, terendah sejak November, menurut Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada hari Jumat.