Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup lebih tinggi untuk hari kedua pada hari Jumat (10/11/2023), terus pulih dari level terendah dalam hampir empat bulan sementara kekhawatiran terhadap permintaan terus membebani. Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Desember ditutup naik $1,43 menjadi $77,17 per barel, sedangkan minyak mentah Brent bulan Januari, yang menjadi patokan global, terakhir terlihat naik $2,04 menjadi $81,64.

Ditengah kenaikan ini, perubahan harga mencerminkan risk appetite yang pulih di bursa saham karena pasar keuangan secara luas juga pulih dari komentar bernada hawkish ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya, namun demikian, kinerja perdagangan emas dalam sepekan masih berada di jalur penurunan mingguan untuk ketiga pekan berturut-turut.

Kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan di Timur Tengah yang mereda, ditambah dengan ketidakpastian permintaan AS dan Cina, berkontribusi terhadap tekanan penurunan minggu ini. Kondisi ini diperparah dengan potensi peningkatan secara besar-besaran dalam persediaan minyak mentah AS, menurut laporan sementara Badan Informasi Energi (EIA).

Sebabnya, dalam sepekan ini terjadi penurunan permintaan minyak dan bensin di AS. Kekhawatiran terhadap permintaan ini telah menjadi inti pembicaraan dalam minggu ini mengingat proksi real-time untuk permintaan bensin AS telah turun 3% secara mingguan, celah penyulingan berada di bawah tekanan yang signifikan.

EIA mengatakan bahwa total konsumsi minyak bumi di AS diperkirakan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, kebalikan dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari. Data terbaru juga menunjukkan persediaan minyak mentah AS melonjak hampir 12 juta barel pada pekan lalu, peningkatan terbesar sejak awal tahun 2023.

Data terbaru juga menunjukkan angka produksi dari kilang-kilang Cina, khususnya untuk kilang independen, mengalami penurunan. Kondisi ini tak lepas dari situasi ekonomi Cina dimana angka inflasi dan perdagangan yang lebih lemah dari perkiraan merugikan prospek permintaan negara pengimport minyak mentah utama dunia tersebut.

OPEC+ sendiri tidak memberikan tanggapan terhadap penurunan harga minyak mentah sejauh ini, meskipun Arab Saudi mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya akan melanjutkan pengurangan produksi satu juta barel per hari hingga akhir tahun.