Harga Minyak mentah

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak berayun liar pada tahun 2022, naik karena ketatnya pasokan di tengah perang di Ukraina, kemudian merosot karena melemahnya permintaan dari importir utama China dan kekhawatiran kontraksi ekonomi, tetapi menutup tahun pada perdagangan di hari Jumat (30/12/2022) dengan kenaikan tahunan kedua berturut-turut.

Harga minyak melonjak pada bulan Maret karena invasi Rusia ke Ukraina meningkatkan aliran minyak mentah global, dengan patokan internasional Brent mencapai $139,13 per barel, tertinggi sejak 2008. Harga mendingin dengan cepat di paruh kedua karena bank sentral menaikkan suku bunga dan memicu kekhawatiran resesi.

Ini merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar komoditas, dengan risiko pasokan yang menyebabkan peningkatan volatilitas dan kenaikan harga. Tahun depan akan menjadi tahun ketidakpastian, dengan banyak volatilitas.

Harga minyak mentah Brent di hari perdagangan terakhir tahun 2022, menetap di $85,91 per barel, naik hampir 3% menjadi $2,45 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap di $80,26 per barel, naik $1,86 atau 2,4%. Untuk tahun ini, Brent naik sekitar 10%, setelah melonjak 50% pada 2021. minyak mentah naik hampir 7% pada tahun 2022, menyusul kenaikan tahun lalu sebesar 55%. Kedua tolok ukur tersebut turun tajam pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19 memangkas permintaan bahan bakar.

Pasar memperkirakan bahwa di 2023 ini harga minyak masih berpeluang naik meski dibayangi dengan resesi global. Hal ini membuat mereka tetap harus hati-hati, dan terus mewaspadai kenaikan suku bunga dari sejumlah bank sentral dalam upaya memerangi inflasi.

Permintaan dan pertumbuhan permintaan akan menjadi pertanyaan nyata karena tindakan keras bank sentral global dan perlambatan yang mereka coba rekayasa. Dalam sebuah kajian Reuters terkini atas 30 ekonom dan analis memperkirakan bahwa Brent akan mencapai rata-rata $89,37 per barel pada tahun 2023, sekitar 4,6% lebih rendah dari konsensus dalam survei November. Sementara minyak mentah AS diproyeksikan rata-rata $84,84 per barel pada tahun 2023, turun dari pandangan sebelumnya.

Penurunan minyak pada paruh kedua tahun 2022 karena kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi mendorong dolar AS. Itu membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Dolar AS sendiri berada di jalur untuk membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 2015.

Indikator pasokan minyak mentah AS di masa mendatang diyakini akan naik, dengan melirik jumlah rig minyak dan gas yang naik 33% untuk tahun ini, sebagaimana disampaikan oleh Baker Hughes Co dalam laporan terbarunya.