ESANDAR, Jakarta – Harga Emas turun setelah Dolar AS tetap kuat menekan meski data ekonomi AS luput dari perkiraan. Akhir perdagangan minggu lalu, harga emas ditutup negatif di $1269,85 atau turun 0,47% dibandingkan dengan penutupan sesi sebelumnya di $1275,80.
Dalam catatan kinerja mingguan, harga emas yang sempat melorot hingga ke $1265,30 ditutup turun. Ini merupakan kinerja negatif selama tiga minggu beruntun. Harga emas terdesak dengan kenaikan hasrat investor pada asset yang lebih beresiko, risk appetite.
Pertumbuhan sektor jasa dianggap sukses mengangkat sentiment pasar atas asset beresiko, seperti saham. Tak heran Indek bursa melonjak terlebih dengan berbagai laporan keuangan emiten yang sangat positif saat ini. Data ISM non-manufacturing untuk bulan Oktober menunjukkan kenaikan besar menjadi 60,1, mengalahkan ekspektasi 58,5 dan merupakan angka tertinggi untuk indeks sektor jasa AS sejak tahun 2005.
ISM non-manufacturing yang melonjak tersebut membuai harapan para investor terhadap ekonomi AS sehingga memicu rebound dolar AS yang sebelumnya mendapat tekanan menyusul sebuah data yang menunjukkan bahwa pada bulan Oktober ekonomi AS menciptakan lebih sedikit pekerjaan daripada yang diperkirakan.
Dolar AS juga menguat dengan sentiment data laporan pekerjaan AS, meski lemah dan luput dari perkiraan, namun tumbuh. Ini menjadi modal yang baik bagi The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan perekonomian negara tersebut menciptakan 261.000 pekerjaan pada bulan Oktober, di bawah prediksi dari para ekonom sebanyak 310.000 pekerjaan baru. Tingkat pengangguran tetap stabil di 4,2% sementara pendapatan rata-rata per jam bergerak lamban dengan pertumbuhan rata-rata yang mendatar untuk bulan tersebut. (Lukman Hqeem).