Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga emas mencapai level terendah dalam lebih dari satu minggu pada hari Selasa karena dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah menguat, dan para pedagang menunggu laporan inflasi konsumen untuk mengetahui isyarat lebih lanjut mengenai apakah Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada tahun ini. Harga emas turun 0,2% menjadi $1,912.72 per ounce pada 13:18 WIB, sementara emas di bursa berjangka AS turun 0,3% menjadi $1,931,50.

Harga Emas saat ini mulai menghadapi tekanan penurunan jangka pendek karena kenaikan imbal hasil Treasury AS ditambah penguatan dolar. Sebagaimana diketahui bahwa Dolar mencapai level tertingginya dalam 10 bulan, sementara imbal hasil Treasury 10 tahun naik ke level tertinggi baru dalam 16 tahun, meningkatkan opportunity cost untuk memegang emas batangan yang tidak membayar bunga, yang dihargai dalam dolar.

Perkiraan yang diterbitkan pada hari Rabu menunjukkan bahwa mayoritas pengambil kebijakan Fed memperkirakan kenaikan suku bunga lagi dalam tiga bulan ke depan, namun investor terus memperkirakan hanya sekitar 40% kemungkinan pengetatan lebih lanjut pada tahun 2023. Jeda kenaikan suku bunga The Fed seharusnya memberikan dukungan terhadap emas.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada hari Senin bahwa suku bunga pinjaman mungkin perlu dinaikkan lebih lanjut dan dipertahankan tinggi untuk beberapa waktu untuk menurunkan inflasi kembali ke 2%.

Para investor dapat kembali fokus pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis pada hari Jumat. Data PCE yang lebih kuat dari perkiraan bisa menjadi salah satu katalis yang memberikan tekanan turun pada emas untuk benar-benar menguji level support utama jangka menengah $1.900.