Harga emas turun menembus level psikologis.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas turun dan menetap di bawah $ 1.200 per ounce pada hari Selasa (04/09) untuk pertama kalinya dalam lebih dari seminggu terakhir.

Sentimen negatif yang mendorong harga turun adalah penurunan tajam permintaan untuk logam mulia dalam denominasi dolar setelah data indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) AS dirilis. Data ISM ini menunjukkan kenaikan ke level tertingginya dalam lebih dari dasawarsa sehingga mendorong penguatan dolar AS. Penguatan Dolar AS disisi lain semakin memperkokoh harapan kenaikan suku bunga AS. Kondisi yang semakin menggerus daya pikat emas sebagai aset investasi.

Pelemahan harga emas mendorong jatuh hingga dibawah level harga psikologis $ 1,200. Bagi sebagian pelaku pasar, hal ini akan membuka jalan penurunan lebih lanjut menuju $ 1,180. Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember, berakhir turun $ 7,60, atau 0,6%, di harga $ 1,199.10 per troy ons. Pada perdagangan akhir minggu lalu, harga logam mulia masih bisa bertahan di $ 1,206.70 per troy ons. Dengan liburnya bursa AS memperingati Hari Buruh, tidak ada harga penyelesaian di bursa Comex pada hari Senin.

Kontrak harga emas belum pernah di bawah $ 1.200 sejak 23 Agustus silam. Penurunan harga emas sepanjang bulan Agustus adalah 2,2%. Ini menjadi penurunan bulanan kelima berturut-turut dan terpanjang dalam lebih dari lima tahun, menurut data FactSet.

Indek Dolar Amerika Serikat menguat 0,3% pada perdagangan Selasa ke 95,459. Indek, yang melacak kekuatan dolat terhadap setengah lusin rivalnya, naik 0,7% pada bulan Agustus dan telah naik 1,7% selama tiga bulan terakhir. Kenaikan indek ini berada di dekat level tertinggi tak lama setelah ISM mengatakan indeks manufakturnya melonjak ke posisi tertinggi selama 14 tahun, diangka 61,3% untuk bulan Agustus dari 58,1% pada bulan Juli. Angka ini melampaui perkiraan dari sejumlah ekonom yang disurvei oleh MarketWatch, sebesar 57,9%. (Lukman Hqeem)