Harga Emas Batangan Berpeluang Naik di Akhir Tahun

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas dalam perdagangan hari Selasa (18/12) berakhir dengan naik secara moderat. Kenaikan ini cukup untuk mencatat penyelesaian kinerja tertinggi dalam lima bulan terakhir.


Naiknya harga emas berpijak pada melemahnya Dolar AS yang terus berlanjut dari kemarin. Greenbacks tertekan jelang pengumuman hasil pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) Bank Sentral AS. Para pialang bersemangat menunggu keputusan tentang suku bunga, serta petunjuk mengenai langkah The Federal Reserve dalam menaikkan suku bunga di tahun depan. Setidaknya pasar berharap ada pandangan terbaru mengenai kebijakan moneter AS tersebut.


Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Februari dibursa Comex berakhir naik $ 1,80, atau 0,1%, di harga $ 1,253.60 per troy ons. Ini merupakan penutupan tertinggi sejak 10 Juli. Sementara Indek Dolar AS (DXE), turun sedikit minus 0,4%. Sementara itu, Indek Dow Jones naik setelah jatuh ke wilayah koreksi pada hari Jumat. Pelemahan saham dapat mendukung emas, dimana popularitas emas haven telah ditaklukkan sejauh ini sejak bulan Desember oleh bursa saham.


Namun demikian, Emas masih merupakan investasi yang aman selama masa stres keuangan, ekonomi dan politik di seluruh dunia. Harga emas naik sekitar 7% dari posisi terendah dalam 19-bulan terakhir pada pertengahan Agustus lalu. Logam mulia kini berada di jalur untuk memposting kuartal terbaiknya sejak Maret 2017.


Dalam kuartal keempat, Emas masih terus bersinar terang positif. Harga tetap tahan karena aksi short covering terus membasuh sentimen negatif yang ditetapkan oleh para spekulan di kuartal sebelumnya. Dalam proyeksi kedepan, tahun 2019 emas tampak lebih optimis karena lingkungan makro dan geopolitik yang tidak pasti kemungkinan akan terus berpotensi memberikan anugerah lebih lanjut untuk permintaan investasi kepada emas.


Memang The Fed telah diyakini akan menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya yang menjadi sentiment negatif untuk emas. Tetapi langkah tersebut telah lama diharapkan di pasar keuangan. Sehingga bukan sesuatu yang akan mengejutkan pelaku pasar komoditi. Justru lebih fokus pada anjloknya pasar saham dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan global. Kedua hal ini dapat mendorong bank sentral untuk memperlambat kenaikan suku bunga di tahun depan.


Awalnya, pasar berekspektasi di tahun 2019, akan ada tiga atau empat kali kenaikan suku bunga. Sayangnya sejumlah perkembangan diiringi dengan pernyataan terkini Gubernur Bank Sentra; AS Jerome Powell yang bernada dovish, membuka wacana The Fed akan melakukan perlambatan. Setidaknya, sikap The Fed ini tidak sendiri. The Fed akan bergabung dengan Bank of Japan dan Bank of England dalam menawarkan pembaruan kebijakan minggu ini.


Perlambatan inilah yang akan menjadi sumber pelemahan Dolar AS, hal yang sebenarnya diharapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Dolar yang lebih lemah akan mendorong harga emas naik lebih tinggi. Disisi lain, potensi resesi yang muncul diparuh kedua 2019, semakin membuka peluang positif bagi investasi emas ditahun depan. (Lukman Hqeem)