ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berjangka naik pada Senin (19/03/2018) menutup kerugian sesi sebelumnya. Naiknya harga emas terjadi setelah dolar AS melemah. Indeks saham AS turun – meningkatkan minat investor untuk melakukan aksi beli terhadap logam mulia. Kedepannya, harga emas masih menjaga peluang kenaikannya, setelah kondisi pasar saham masih merana.
Sejauh ini harga emas mampu bertahan dari tekanan pasar yang memilih untuk melakukan aksi jual sembari menunggu pertemuan FOMC. Pasar memang was-was dengan apa yang akan dikatakan oleh Jerome Powell dalam tampilan perdana sebagai Gubernur Utama Bank Sentral AS didepan media. Sebagian besar perhatian pasar diharapkan berada pada pernyataan dan nada konferensi pers pekan ini paska pertemuan Federal.
Pertemuan tersebut akan menyimpulkan proyeksi kenaikan tingkat bunga utama. Sejauh ini memang sinyalemen yang ada masih kurang bisa memastikan mengenai seberapa cepat pengetatan kebijakan moneter bisa berlanjut. Pasar sendiri telah mengantisipasi kenaikan suku bunga.
Harga Emas untuk kontrak bulan April tertempel pada $ 5,50, atau 0,4%, untuk menetap di $ 1,317.80 per ounce, setelah kehilangan 0,4% pada hari Jumat. Kontrak ditutup pada hari Jumat di $ 1,312.30 adalah penyelesaian terendah sejak 1 Maret dan memberi kerugian mingguan sebesar 0,9%, menurut data FactSet. Itu adalah penurunan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir 23 Februari.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi daya tarik bullion nonyielding, namun pemegang emas juga mengawasi untuk memastikan Fed tetap berada di depan kurva dalam mencegah inflasi, dimana emas biasanya bertindak sebagai lindung nilai.
Indeks Dolar Amerika Serikat, turun 0,5% pada 89,81. Emas dan dolar biasanya bergerak terbalik, karena pergerakan di unit A.S. dapat mempengaruhi daya tarik komoditas ke pemegang mata uang lainnya.
Harapan yang tinggi pada kenaikan suku bunga, menjadi pendorong utama pergerakan pasar. Pada saat yang sama, ketidakstabilan politik di Washington DC. dan kekhawatiran tentang Trump ‘kebijakan perdagangan Trump yang berdampak negatif terhadap ekonomi A.S., dipandang sebagai risiko utama untuk permintaan dolar. Potensi kenaikan dolar juga masih terbuka, didorong oleh sektor fundamental. Meski demikian sejumlah indikasi bisa menyeret dolar AS dalam perdagangan yang volatile dalam minggu ini.
Sebaliknya, sejumlah investor mengkhawatirkan tentang potensi perang dagang global. Hal ini akan membantu menempatkan pasar berjangka khususnya emas sebagai tujuan. Kekhawatiran perdagangan terjadi karena Pemerintahan Trump mengambil sikap hawkish terhadap perdagangan A.S. dengan Cina, meringsek maju melampui tarif pada baja asing dan aluminium. Bagi Cina, kedelai AS. akan menjadi senjata terbesar Cina dalam perang dagang tersebut.
Sejumlah saham AS, bergerak melemah tajam, dipimpin oleh kerugian sektor teknologi yang terkait dengan FB Facebook Inc., yang anjlok sebesar 6.77%. hal ini membantu meningkatkan daya tarik investasi kepada emas. (Lukman Hqeem)