Harga emas (XAU/USD) bergerak bolak-balik di level psikologis $1.800,00 di awal sesi Asia pada Kamis (29/12/2022). Emas menunjukkan kinerja yang kurang baik meskipun ada koreksi Indek Dolar AS (DXY) di awal perdagangan. Indeks Dolar AS ini telah tergelincir dengan kuat di bawah 104,30 setelah mencatat tertinggi baru empat hari di 104,56 pada hari Rabu.
Sementara itu, kontrak berjangka S&P500 memberikan harapan kebangkitan setelah aksi jual dua hari. Selain itu, mata uang yang dipersepsikan risiko mendapatkan kembali daya tariknya karena investor mengabaikan ketidakpastian tentang lonjakan kasus Covid-19 di Tiongkok. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun telah dipangkas mendekati 3,86%, mengikuti jejak Indeks Dolar AS.
Di tengah minggu perayaan natal dan tahun baru, kalender ekonomi tidak menawarkan apa-apa, namun rilis data Penjualan Rumah Tertunda Amerika Serikat pada hari Rabu telah menunjukkan konsekuensi dari suku bunga yang lebih tinggi oleh Federal Reserve (Fed). Data ekonomi turun 4% ke level terendah dalam 20 tahun setiap bulan untuk November karena transaksi turun setelah Fed mendorong suku bunga menjadi 4,5%.
Harga emas secara teknis, dalam posisi netral melihat pada grafik chandle skala dua jam yang menunjukkan kontraksi volatilitas karena tidak adanya peristiwa ekonomi yang kritis. Emas telah menguat setelah sebelumnya sempat turun mendekati Exponential Moving Average (EMA) periode 100 di $1.802,20. Selain itu, pergerakan harga emas yang memantul dari EMA 200 di $1.793,35 masih membidik kenaikan lebih lanjut. Indek Relative Strength Index (RSI) (14) berosilasi di kisaran 40.00-60.00, yang menandakan bahwa harga Emas sedang menunggu pemicu baru untuk pergerakan yang menentukan.