ESANDAR – Harga emas naik lebih dari 1% pada hari Senin (06, seiring melemahnya dolar AS setelah data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu ekspektasi potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada akhir tahun ini. Pada penutupan perdagangan emas di pasar spot, harga emas naik 1% menjadi $2,324.94 per ons. Harga emas di bursa berjangka AS untuk kontrak bulan Juni ditutup 0,9% lebih tinggi pada $2,331.2 per ounce.
Penurunan yang terjadi selama beberapa minggu terakhir, meski sudah mulai melemah. Hal ini membuka pintu bagi harga emas sendiri untuk melanjutkan tren kenaikannya, lewat buy on dips. Bullion kehilangan sekitar 1,5% minggu lalu.
Data pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada bulan April, sementara kenaikan upah tahunan turun di bawah 4,0% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. Meskipun emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan dan membebani dolar, yang merupakan harga emas.
Dolar AS melemah pada hari Senin, setelah mendekati level terendah dalam sebulan pada hari Jumat, menyusul laporan ketenagakerjaan.
Diyakini bahwa aka nada dua kali penurunan suku bunga tahun ini, pada bulan Juli dan November,” tulis Goldman Sachs dalam sebuah catatan. Laporan ketenagakerjaan bulan April lemah namun tidak lemah, katanya. Peluang penurunan suku bunga pada bulan September adalah sekitar 66% pada hari Senin, menurut Alat FedWatch CME.
Kenaikan harga emas juga mendapat dukungan dari ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah, dengan operasi militer Israel di Rafah menambah lapisan ketidakpastian pada pasar.