Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga emas naik tipis pada perdagangan di hari Kamis (30/09/2021), setelah mencapai dasar palung tujuh minggu di sesi sebelumnya, oleh tekanan yang utuh dari penguatan dolar dan imbal hasil Treasury AS. Pada perdagangan di pasar spot, harga emas naik 0,4% menjadi $1.733,55 per ounce pada 10:34 WIB, sedikit pulih dari level terendah sejak 9 Agustus di $1.720,49 yang dicapai pada hari Rabu. Emas di bursa berjangka AS naik 0,7% pada $1.734,10 per ounce.

Logam Mulia terbebani oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS dapat mulai mengurangi stimulus pandemic. Ini membuat indeks dolar AS melenting hingga mendekati level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Dolar yang kuat membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Akibatnya, emas jatuh tajam hingga ke palung terdalam dalam tujuh minggu terakhir, selanjutnya emas mencoba untuk bangkit kembali dengan berkonsolidasi sebelum melakukan pergerakan besar lainnya. Bukan tanpa alasan ini akan terjadi, mengingat pasar masih berusaha mengantisipasi langkah Fed menuju tapering dan siklus kenaikan suku bunga yang lebih dini dari yang diperkirakan sebelumnya.

Meskipun ada banyak risiko yang dapat membantu emas menembus lebih tinggi, seperti data ekonomi yang lebih lemah atau krisis utang Evergrande yang berpotensi meluas ke ekonomi lain, ini tidak mungkin memberikan dukungan yang bertahan lama.

Penembusan harga emas di bawah $1.700 dapat membuka peluang menguji kisaran harga $1.675-$1.680.

Dua pejabat Federal Reserve mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka mendukung bank sentral yang mulai mengurangi pembelian aset bulanannya tahun ini.

Hal yang menambah kesengsaraan emas, benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun AS naik tipis dan bertahan di atas 1,5%, level yang tidak terlihat sejak akhir Juni.

Emas secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai inflasi, tetapi pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah, yang pada gilirannya diterjemahkan menjadi biaya peluang yang lebih tinggi untuk emas, yang tidak membayar bunga.